Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan status Gunung Anak Krakatau masih berada pada Level II (Waspada) karena aktivitas vulkanik yang masih relatif tinggi.
Kepala PVMBG, Kasbani menyebut setelah statusnya diturunkan dari Level III (Siaga) pada 25 Maret 2019, saat ini erupsi di Anak Krakatau masih terjadi dengan kolom abu hingga mencapai 300 meter dari dasar kawah.
"Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga hari ini (21/10), tingkat aktivitas Anak Krakatau dinilai masih berada pada Level II Waspada," kata Kasbani di Kantor PVMBG Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin.
Hingga Minggu (20/10), aktivitas yang relatif tinggi juga ditandai dengan terekamnya gempa, erupsi serta getaran tremor yang menerus. Hal itu menurutnya dapat menunjukkan bahwa masih adanya suplai magma serta pelepasan fluida ke permukaan kawah.
Selain itu, secara umum menurutnya data deformasi serta tiltmeter menunjukkan aktivitas fluktuasi yang berkaitan dengan sumber tekanan di permukaan kawah akibat pelepasan gas atau letusan kecil. Letusan yang terjadi tersebut menurutnya masih sebatas bersifat freatik dan surtseyan.
"Evaluasi menerus tetap dilakukan untuk mengantisipasi tingkat aktivitas dan potensi ancaman erupsi," kata Kasbani.
Dengan demikian, menurut dia potensi erupsi atau letusan masih berkemungkinan terjadi dengan intensitas kecil. Selain itu, material letusan yang membahayakan menurutnya hanya sebatas di wilayah kawah.
"Direkomendasikan masyarakat atau pengunjung tidak beraktivitas atau mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
Kepala PVMBG, Kasbani menyebut setelah statusnya diturunkan dari Level III (Siaga) pada 25 Maret 2019, saat ini erupsi di Anak Krakatau masih terjadi dengan kolom abu hingga mencapai 300 meter dari dasar kawah.
"Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga hari ini (21/10), tingkat aktivitas Anak Krakatau dinilai masih berada pada Level II Waspada," kata Kasbani di Kantor PVMBG Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin.
Hingga Minggu (20/10), aktivitas yang relatif tinggi juga ditandai dengan terekamnya gempa, erupsi serta getaran tremor yang menerus. Hal itu menurutnya dapat menunjukkan bahwa masih adanya suplai magma serta pelepasan fluida ke permukaan kawah.
Selain itu, secara umum menurutnya data deformasi serta tiltmeter menunjukkan aktivitas fluktuasi yang berkaitan dengan sumber tekanan di permukaan kawah akibat pelepasan gas atau letusan kecil. Letusan yang terjadi tersebut menurutnya masih sebatas bersifat freatik dan surtseyan.
"Evaluasi menerus tetap dilakukan untuk mengantisipasi tingkat aktivitas dan potensi ancaman erupsi," kata Kasbani.
Dengan demikian, menurut dia potensi erupsi atau letusan masih berkemungkinan terjadi dengan intensitas kecil. Selain itu, material letusan yang membahayakan menurutnya hanya sebatas di wilayah kawah.
"Direkomendasikan masyarakat atau pengunjung tidak beraktivitas atau mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019