Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding mengatakan insiden penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Banten menjadi pembelajaran berhaga bagi Presiden RI Joko Widodo maupun pejabat negara lainnya saat berada di tengah kerumunan massa.
"Dari kejadian penusukan yang dialami oleh Pak Wiranto ini, ada beberapa hal penting yang harus digarisbawahi. Kejadian ini menjadi pembelajaran sangat berharga," kata Abdul Kadir Karding melalui telepon selulernya kepada ANTARA di Bogor, Kamis.
Menurut Karding, kejadian penusukan terhadap Jenderal TNI (Purnawirawan) ini menjadi pesan kuat kepada Presiden Joko Widodo serta pejabat negara lainnya untuk lebih berhati-hati.
"Mungkin harus ada pengamanan dan sistem keprotokolan yang perlu diatur lebih ketat terhadap pejabat negara," katanya.
Sebagai pendukung Presiden Joko Widodo, setelah melihat kejadian penusukan terhadap Wiranto, Karding menjadi berpikir bagaimana dengan Presden Joko Widodo yang suka blusukan ke pasar tradisional maupun keramaian dan bersalaman dalam jarak rapat dengan masyarakat.
"Saya juga jadi berpikir apakah kebiasaan Pak Jokowi untuk bersalaman di tengah keramaian masyarakat perlu dievaluasi untuk diperbaiki, atau terus dilakukan dengan pengawalan yang lebih ketat," katanya.
Mantan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin ini mengatakan bahwa kejadian penusukan terhadap Jenderal (Purn.) Wiranto bisa terjadi pada siapa saja, pejabat, atau tokoh yang sikap atau pernyataannya dianggap berbeda dengan kelompok tertentu.
Karding menduga pelaku penusukan terhadap Wiranto adalah kelompok terpapar radikalisme atau bisa juga dari kelompok teroris.
"Saya harapkan kejadian ini tidak terulang lagi," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Karding juga menegaskan bahwa pelaku penusukan segera diproses hukum, serta ditelusuri lebih dalam apakah pelaku adalah remote dari kelompok tertentu terpapar radikalisme yang terorganisir atau tidak.
Karding juga mendoakan semoga Wiranto yang tadi dilarikan ke RSPAD Jakarta bisa segera sembuh dan beraktivitas kembali.
Wiranto ditusuk orang tidak dikenal di bagian pinggang kiri saat berkunjung ke sebuah pondok pesantren di Menes, Pandeglang, Banten, Kamis.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Dari kejadian penusukan yang dialami oleh Pak Wiranto ini, ada beberapa hal penting yang harus digarisbawahi. Kejadian ini menjadi pembelajaran sangat berharga," kata Abdul Kadir Karding melalui telepon selulernya kepada ANTARA di Bogor, Kamis.
Menurut Karding, kejadian penusukan terhadap Jenderal TNI (Purnawirawan) ini menjadi pesan kuat kepada Presiden Joko Widodo serta pejabat negara lainnya untuk lebih berhati-hati.
"Mungkin harus ada pengamanan dan sistem keprotokolan yang perlu diatur lebih ketat terhadap pejabat negara," katanya.
Sebagai pendukung Presiden Joko Widodo, setelah melihat kejadian penusukan terhadap Wiranto, Karding menjadi berpikir bagaimana dengan Presden Joko Widodo yang suka blusukan ke pasar tradisional maupun keramaian dan bersalaman dalam jarak rapat dengan masyarakat.
"Saya juga jadi berpikir apakah kebiasaan Pak Jokowi untuk bersalaman di tengah keramaian masyarakat perlu dievaluasi untuk diperbaiki, atau terus dilakukan dengan pengawalan yang lebih ketat," katanya.
Mantan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin ini mengatakan bahwa kejadian penusukan terhadap Jenderal (Purn.) Wiranto bisa terjadi pada siapa saja, pejabat, atau tokoh yang sikap atau pernyataannya dianggap berbeda dengan kelompok tertentu.
Karding menduga pelaku penusukan terhadap Wiranto adalah kelompok terpapar radikalisme atau bisa juga dari kelompok teroris.
"Saya harapkan kejadian ini tidak terulang lagi," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Karding juga menegaskan bahwa pelaku penusukan segera diproses hukum, serta ditelusuri lebih dalam apakah pelaku adalah remote dari kelompok tertentu terpapar radikalisme yang terorganisir atau tidak.
Karding juga mendoakan semoga Wiranto yang tadi dilarikan ke RSPAD Jakarta bisa segera sembuh dan beraktivitas kembali.
Wiranto ditusuk orang tidak dikenal di bagian pinggang kiri saat berkunjung ke sebuah pondok pesantren di Menes, Pandeglang, Banten, Kamis.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019