Pada musim kemarau, petani di lahan sawah tadah hujan mengalami bencana kekeringan sehingga
sering kali menyebabkan gagalnya panen, namun bagi petani di lahan rawa lebak, musim kemarau merupakan berkah, karena lahan yang biasanya tergenang oleh air menjadi surut sehingga dapat ditanami padi.

Seperti yang dilakukan petani di tiga desa di Kecamatan Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Lahan pertanian seluas 80 hektare tumbuh subur ditanami padi varietas unggul.

"Tanaman padi sebagian masih tahap berbuah dan diperkirakan akhir September nanti panen terutama di Desa Hambuku Hulu," ucap Fajri, salah satu tokoh petani di Kecamatan Sungai Pandan, Selasa (10/9).

Fajri mengungkapkan, lahan pertanian terbagi ke dalam tiga agroekosistem, yakni lahan rawa lebak dangkal, tengahan dan dalam, yang didominasi oleh lahan rawa lebak dalam.

Berdasarkan ketinggian tempatnya, ungkap dia, lahan rawa lebak dangkal memiliki topografi yang lebih tinggi, dan air lebih dulu surut, sehingga penanaman dapat dilakukan lebih awal. Selanjutnya dilakukan penanaman pada lahan rawa lebak tengahan, dan rawa lebak dalam secara berurutan.

Selang waktu penanaman antara ketiga agroekosistem tersebut mencapai satu bulan. Terdapat beberapa kegiatan penanaman padi yang dilakukan pada musim kemarau ini, yakni kegiatan pembenihan, dengan varietas yang diperbanyak adalah jenis Mekongga.

"Varietas yang diseminasikan Inpara 3 dan Inpara 8, kedua varietas merupakan Inbrida padi rawa yang toleran terhadap genangan, kemudian Inbrida padi irigasi yaitu Inpari 19, Inpari 22 dan Inpari 30 serta varietas Mekongga," jelasnya.
Petani memanen hasil ubinan yang disaksikan Koordinator PPL Sungai Pandan, Mantri Tani, petugas Dinas Statistik dan peneliti Balittra. (antara/foto/firman)


Sementara petani lainnya, Aliansyah mengaku sangat bersyukur padi bisa tumbuh subur di tengah musim kering akibat kemarau panjang saat ini.

"Alhamdulillah kita bisa menangani infrastruktur pengelolaan air dengan baik, selain pemupukan, penggunaan varietas unggul dan pengendalian hama dan penyakit tanaman," tuturnya.

Terdapat sekitar 25 petani di tiga desa yaitu Desa Hambuku Hulu, Desa Hambuku Pasar dan Desa Hambuku Raya di Kecamatan Sungai Pandan yang kini menanti berkah panen di musim kemarau panjang saat ini.

Kesuksesan penanaman padi lahan rawa lebak tersebut tidak terlepas dari bimbingan dan pendampingan dari para peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Yanti Rina selaku peneliti dari Balittra menuturkan, untuk mengetahui berapa potensi yang dihasilkan oleh varietas-varietas yang diseminasikan, lahan pertanian di tiga desa setempat telah dilakukan panen ubinan.

"Hasil ubinan padi cukup memuaskan dan dapat menggambarkan perkiraan hasil produksi padi dalam setiap lahan ketika panen nanti," terang Yanti yang melakukan pendampingan bersama dua peneliti lainnya, M Shaleh dan Koesrini.

Sementara Kepala Balittra Hendri Sosiawan turut senang atas pencapaian petani. Dia pun berharap, lahan lebak bisa ditingkatkan indeks pertanamannya dari satu kali menjadi dua kali setahun.

"Selamat untuk petani, semoga pemenuhan kebutuhan pangan selalu tercukupi. Optimis rawa di Kalsel bisa," katanya.

Hendri menambahkan, mulai tahun ini petani lahan lebak polder Alabio khususnya di Desa Hambuku Pasar, Hambuku Raya dan Hambuku Hulu bisa menanam dan memanen padi 2 kali setahun.

Di sisi lain, dukungan pemda dalam mengawal optimalisasi lahan lebak, menurut Hendri, sangat diperlukan agar petani lebih bersemangat berbudidaya pertanian dua kali dalam setahun. Termasuk terus mengedukasi petani agar tak membuka lahan dengan cara membakar, karena sampah hasil pembersihan justru bisa dijadikan pupuk kompos.

Pewarta: Firman

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019