Fondasi sarang laba-laba yang dikenal sebagai konstruksi tahan gempa mendapat perhatian dari Universite de Technologie de Compiegne (UTC) Perancis melalui riset.

"Fondasi sarang laba-laba saat ini menjadi objek penelitian Soelarso pengajar Teknik Sipil Universitas Negeri Sultan  Ageng Tirtayasa untuk mengambil program PhD di UTC," kata Wakil Direktur Utama PT Katama, Charmeida Tjokrosuwarno di Jakarta, Kamis.

Charmeida mengatakan sangat mendukung penelitian diberbagai perguruan tinggi mengenai fondasi yang dikenal dengan nama konstruksi sarang laba-laba apalagi dengan UTC berarti konstruksi ini nantinya akan mendapat pengakuan internasional.

"Penelitian  ini mendapat bimbingan dari Profesor Jean Louis Batoz ahli dibidang mekanik struktur di UTC yang saat ini sudah berjalan selama satu setengah tahun," ujar Soelarso.

Sedangkan Profesor Jean Louis Batoz yang kebetulan berkunjung ke Indonesia untuk memenuhi undangan sebagai pembicara di ajang Best 2019 yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Sanur Bali belum lama ini menyatakan dukungannya terhadap riset mengenai fondasi sarang laba-laba.

"Saya sudah minta Soelarso untuk mengumpulkan data-data mengenai konstruksi ini untuk bisa dibuat simulasinya di laboratorium kami di Perancis," kata Batoz.

Charmeida juga mengatakan kalau Profesor Batoz berpesan kepada Katama  agar dapat diperlihatkan wujud fisik dari konstruksi tersebut di salah satu proyek untuk mendapatkan gambaran.

Rencananya Profesor Batoz juga ingin melakukan pembandingan dengan konsruksi tahan gempa lainnya  untuk melihat kekuatan dari produk karya anak bangsa ini.

Charmeida mengungkapkan kalau terakhir ini konsruksi sarang laba-laba dipercaya untuk proyek pembangunan sekolah di DKI Jakarta, pengembangan kampus baru Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan.

Menurut Charmeida yang didampingi Manajer Teknik Hamboro, sarang laba-laba sebagai konstruksi tahan gempa telah teruji saat gempa besar di Palu, Lombok. Aceh, dan Padang ternyata bangunan di atasnya tidak mengalami kerusakan berarti.

Baca juga: Indonesia Adopsi Teknologi Bangunan Ramah Gempa

Baca juga: Indonesia Adopsi Teknologi Bangunan Ramah Gempa

Baca juga: Asing Percaya Konstruksi Bangunan Indonesia Ramah Gempa

"Konstruksi yang kami bangun tidak hanya melindungi aset, tetapi juga manusia di dalamnya," ujar Charmeida.

Charmeida juga mengungkapkan kalau konstruksi sarang laba-laba saat ini tidak hanya diperuntukan bagi bangunan, tetapi juga sudah dikembangkan untuk jalan bahkan bandara udara.

"Untuk jalan kami sudah menggandeng PT Waskita Beton Precast untuk memproduksi beton pracetak sehingga  pemasangan di lapangan bisa lebih cepat," ujar dia.

Konstruksi sarang laba-laba, sebutnya bukan hanya tahan terhadap gempa, tetapi juga ramah lingkungan dalam pembangunannya sehingga dapat dilaksanakan di lokasi perumahan yang padat tanpa mengganggu bangunan di sekitarnya.

"Beberapa rumah sakit banyak menggunakan teknologi kami untuk melakukan perluasan bangunan karena tidak mengganggu pelayanan kesehatan di dalamnya," jelasnya.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019