Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak melakukan identifikasi areal persawahan yang mengalami kekeringan akibat kemarau.
"Kita belum mengetahui jumlah pasti areal persawahan yang mengalami kekeringan, karena masih dilakukan pendataan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Minggu.
Kekeringan yang terjadi sejak Juni 2019 di Kabupaten Lebak belum berdampak terhadap produksi pangan. Sebab, banyak lokasi areal persawahan yang masih terdapat pasokan air, seperti dari jaringan irigasi.
Selain itu, pihaknya juga mengerahkan pompanisasi untuk membantu kelompok tani yang mengalami kekeringan.
Baca juga: Disperindag Lebak optimistis kain tenun Badui bisa mendunia
Petani yang memiliki potensi air bisa dilakukan pompanisasi dengan menyedot air dari aliran sungai, embun,situ hingga sumber mata air.
"Kami terus melakukan pemantauan dan pendataan untuk menyelamatkan tanaman padi," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, hingga dua bulan terakhir belum ditemukan laporan adanya gagal panen.
Berdasarkan data produksi padi Juni 2019 dari 28 kecamatan tercatat 31.182 ton gabah kering pungut (GKP) dengan luas panen 4.033 hektare.
Artinya, kata dia, data tersebut tidak ada catatan puso atau mengalami gagal panen.
"Kami tetap melakukan identifikasi pendataan areal persawahan yang mengalami kekeringan. Sebab, pendataan itu jika terjadi gagal panen tentu akan mendapat bantuan asuransi sebesar Rp 6 juta/hektare.
Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Distanbun Kabupaten Lebak Itan Octarianto menyatakan pihaknya hingga saat ini areal persawahan yang mengalami kekeringan tercatat 1.243 hektare tersebar di Kecamatan Malingping, Wanasalam, Cihara dan Maja.
Kekeringan itu, kata dia, belum menjadikan ancaman gagal panen karena selama tiga hari terakhir beberapa kecamatan dilanda hujan kapasitas ringan.
"Kami akan bergerak cepat jika kekeringan menjadikan ancaman gagal panen dengan memberikan pompanisasi itu," katanya.
Baca juga: Wabup Lebak: Bentengi masyarakat dari ajaran sesat
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Kita belum mengetahui jumlah pasti areal persawahan yang mengalami kekeringan, karena masih dilakukan pendataan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Minggu.
Kekeringan yang terjadi sejak Juni 2019 di Kabupaten Lebak belum berdampak terhadap produksi pangan. Sebab, banyak lokasi areal persawahan yang masih terdapat pasokan air, seperti dari jaringan irigasi.
Selain itu, pihaknya juga mengerahkan pompanisasi untuk membantu kelompok tani yang mengalami kekeringan.
Baca juga: Disperindag Lebak optimistis kain tenun Badui bisa mendunia
Petani yang memiliki potensi air bisa dilakukan pompanisasi dengan menyedot air dari aliran sungai, embun,situ hingga sumber mata air.
"Kami terus melakukan pemantauan dan pendataan untuk menyelamatkan tanaman padi," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, hingga dua bulan terakhir belum ditemukan laporan adanya gagal panen.
Berdasarkan data produksi padi Juni 2019 dari 28 kecamatan tercatat 31.182 ton gabah kering pungut (GKP) dengan luas panen 4.033 hektare.
Artinya, kata dia, data tersebut tidak ada catatan puso atau mengalami gagal panen.
"Kami tetap melakukan identifikasi pendataan areal persawahan yang mengalami kekeringan. Sebab, pendataan itu jika terjadi gagal panen tentu akan mendapat bantuan asuransi sebesar Rp 6 juta/hektare.
Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Distanbun Kabupaten Lebak Itan Octarianto menyatakan pihaknya hingga saat ini areal persawahan yang mengalami kekeringan tercatat 1.243 hektare tersebar di Kecamatan Malingping, Wanasalam, Cihara dan Maja.
Kekeringan itu, kata dia, belum menjadikan ancaman gagal panen karena selama tiga hari terakhir beberapa kecamatan dilanda hujan kapasitas ringan.
"Kami akan bergerak cepat jika kekeringan menjadikan ancaman gagal panen dengan memberikan pompanisasi itu," katanya.
Baca juga: Wabup Lebak: Bentengi masyarakat dari ajaran sesat
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019