Lembaga konsultan Jakarta Property Institute mendorong agar pemerintah DKI Jakarta membangun hunian ke atas atau vertikal sebagai solusi mengatasi kepadatan ruang akibat perencanaan tata kota yang kurang efektif.
"Jakarta sangat padat tapi pembangunannya melebar horizontal, membuat penggunaan lahan tidak efisien. Jakarta perlu membangun hunian vertikal," ujar Direktur Eksekutif Jakarta Property Institute Wendy Haryanto saat media visit ke Kantor LKBN ANTARA, Kamis.
Wendy mengatakan pembangunan hunian vertikal itu juga untuk mengatasi mahalnya harga properti yang salah satunya disebabkan oleh lahan yang semakin terbatas.
Selain itu, mahalnya hunian di Jakarta juga disebabkan karena harga tanah yang tinggi, sehingga hunian terjangkau nonsubsidi yang dibangun pengembang sebagai program dari kebijakan sosial berakhir tak efektif.
"Dengan menambah ketersediaan ruang, maka semakin mungkin untuk menyediakan hunian terjangkau," kata dia.
Menurut dia, masalah ketersediaan lahan strategis ini sebenarnya bisa diselesaikan apabila pemerintah mau melakukan terobosan. Salah satunya, menggandeng BUMN atau BUMD untuk mengoptimalisasi aset lahan mereka.
Baca juga: Waskita jalin kerja sama kembangkan apartemen di Pejaten Jaksel
Saat ini banyak BUMN atau BUMD yang memiliki gedung satu atau dua tingkat di lahan yang cukup luas di Jakarta dengan potensi yang dapat dijadikan hunian vertikal mencapai sekitar 500 hektare.
"Cara ini bisa diterapkan seperti di terminal, pasar, dan stasiun. Lantai di bawah tetap berfungsi sebagai terminal atau pasar. Sementara di atasnya bisa digunakan untuk hunian terjangkau," kata dia.
Wendy menambahkan kehadiran sarana transportasi seperti MRT dan LRT juga bisa jadi kunci pemanfaatan lahan yang lebih efisien, terutama bagi area dekat stasiun, yang dapat dikembangkan dengan lebih optimal.
"Kita punya 500 hektare itu industri di dalam Kota Jakarta, itu akan di lewati LRT dan MRT, kenapa itu tidak dijadikan housing," kata dia.
Baca juga: SouthCity kerja sama GoWork kembangkan "coliving" pertama di Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Jakarta sangat padat tapi pembangunannya melebar horizontal, membuat penggunaan lahan tidak efisien. Jakarta perlu membangun hunian vertikal," ujar Direktur Eksekutif Jakarta Property Institute Wendy Haryanto saat media visit ke Kantor LKBN ANTARA, Kamis.
Wendy mengatakan pembangunan hunian vertikal itu juga untuk mengatasi mahalnya harga properti yang salah satunya disebabkan oleh lahan yang semakin terbatas.
Selain itu, mahalnya hunian di Jakarta juga disebabkan karena harga tanah yang tinggi, sehingga hunian terjangkau nonsubsidi yang dibangun pengembang sebagai program dari kebijakan sosial berakhir tak efektif.
"Dengan menambah ketersediaan ruang, maka semakin mungkin untuk menyediakan hunian terjangkau," kata dia.
Menurut dia, masalah ketersediaan lahan strategis ini sebenarnya bisa diselesaikan apabila pemerintah mau melakukan terobosan. Salah satunya, menggandeng BUMN atau BUMD untuk mengoptimalisasi aset lahan mereka.
Baca juga: Waskita jalin kerja sama kembangkan apartemen di Pejaten Jaksel
Saat ini banyak BUMN atau BUMD yang memiliki gedung satu atau dua tingkat di lahan yang cukup luas di Jakarta dengan potensi yang dapat dijadikan hunian vertikal mencapai sekitar 500 hektare.
"Cara ini bisa diterapkan seperti di terminal, pasar, dan stasiun. Lantai di bawah tetap berfungsi sebagai terminal atau pasar. Sementara di atasnya bisa digunakan untuk hunian terjangkau," kata dia.
Wendy menambahkan kehadiran sarana transportasi seperti MRT dan LRT juga bisa jadi kunci pemanfaatan lahan yang lebih efisien, terutama bagi area dekat stasiun, yang dapat dikembangkan dengan lebih optimal.
"Kita punya 500 hektare itu industri di dalam Kota Jakarta, itu akan di lewati LRT dan MRT, kenapa itu tidak dijadikan housing," kata dia.
Baca juga: SouthCity kerja sama GoWork kembangkan "coliving" pertama di Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019