Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten hingga kini belum menetapkan status tanggap darurat kekeringan areal persawahan karena dapat diselamatkan tanaman padi melalui pompanisasi.

"Kita mengoptimalkan bantuan pompanisasi untuk menyedot air dari daerah aliran sungai maupun embung agar kebutuhan pasokan air untuk padi terpenuhi," kata Kepala Distanbun Kabupaten Lebak Dede Supriatna saat dihubungi di Lebak, Senin.

Areal persawahan di Kabupaten Lebak relatif kecil yang mengalami kekeringan akibat kemarau yang tejadi sejak awal Juni 2019.

Kekeringan itu, kata dia, tidak berdampak terhadap produksi pangan.

Bahkan, produksi beras lokal dipasok ke luar daerah, seperti Tangerang, Jakarta dan Bogor.

"Kami menjamin kekeringan itu belum mengkhawatirkan dan belum berstatus tanggap darurat," ujarnya menjelaskan.

Baca juga: Distanbun Lebak Jamin Kekeringan Tak Pengaruhi Pangan

Menurut dia, pihaknya mendorong kelompok tani untuk menangani kekeringan dilakukan secara swadaya dengan memanfaatkan bantuan pompanisasi milik pemerintah daerah.

Mereka petani membiayai sendiri untuk kebutuhan membeli bahan bakar sebagai operasional untuk melakukan penyedotan air dari aliran sungai maupun embun.

Sebab, bantuan pompanisasi itu diberikan kepada kelompok tani yang memiliki potensi sumber air.

"Kami terus memaksimalkan bantuan pompanisasi agar tanaman padi bisa dipanen dan menghasilkan pangan," ujarnya menjelaskan.   

Ditempat terpisah, Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Distanbun Kabupaten Lebak Itan Octarianto menyatakan jumlah areal persawahan yang mengalami kekeringan tercatat 1.243 hektare tersebar di Kecamatan Malingping, Wanasalam, Cihara dan Maja.

Tanaman padi yang mengalami kekeringan bervariasi mulai 30 sampai 50 hari setelah tanam (HST). 

Penyebab kekeringan itu, di antaranya debit jaringan irigasi menurun akibat cuaca kemarau juga adanya perbaikan irigasi di Kecamatan Wanasalam.

Selain itu juga persawahan yang tidak memiliki infrastuktur irigasi, sehingga masuk kategori sawah tadah hujan.

Dari kekeringan seluas 1.243 hektare itu, di antaranya sebagian besar sawah tadah hujan, katanya.

Sejumlah petani warga Kecamatan Wanasalam mengaku bahwa kekeringan tanaman padi itu dipastikan merugi karena tidak menghasilkan produksi pangan. 

"Kami berharap kekeringan itu dapat bantuan benih agar petani bisa kembali melaksanakan gerakan tanam," kata Ujang, seorang petani Desa Bolang Malingping.

Baca juga: 16 Kecamatan Di Lebak Alami Kekeringan

 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019