Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Ataya Travel Solution menandatangani kerja sama untuk program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) atau pelestarian hutan mangrove.
Kerja sama tersebut dilatarbelakangi oleh kepedulian Ataya Travel Solution terhadap keberadaan hutan mangrove di Indonesia, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.
Bentuk kerja sama ini berupa penyisihan dana insentif sejumlah Rp 50.000 dari setiap paket liburan untuk mendorong program MERA di Muara Angke. Program kerja sama ini akan berlangsung selama lima tahun.
“Kami merasa upaya merestorasi dan melestarikan alam tidak seharusnya dibatasi dengan jenis usaha yang dilakukan oleh pelakunya. Ataya Travel Solution bekerja sama dengan YKAN dalam misi konservasi hutan mangrove di Muara Angke.” ujar CEO dan Founder Ataya Travel Solution Miko Pudji Utomo.
Menurut Miko, misi konservasi alam tidak sebatas tugas yang harus dijalankan oleh organisasi yang bersinggungan dengan alam atau yayasan konservasi semata. Dibutuhkan usaha dan komitmen untuk membangun kembali dan merawat alam, khususnya di Jakarta yang merupakan pusat ekonomi, menjaga hutan mangrove amat diperlukan agar terhindar dari potensi bencana alam yang dapat menganggu aktivitas perekonomian.
Ketua Dewan Pengurus YKAN Rizal Algamar berharap melalui kerja sama yang diinisiasi oleh Ataya Travel Solution dapat mengajak para pelaku usaha lainnya untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar, sekaligus turut serta menjaga hutan mangrove di Indonesia. Mangrove merupakan salah satu daya tarik di bidang pariwisata Indonesia.
Tidak hanya menjadi tumbuhan yang dapat mengurangi abrasi yang disebabkan oleh arus dan ombak, hutan mangrove juga menjadi rumah dari jutaan burung yang bermigrasi dan lebih dari 75 persen spesies ikan tropis yang hidup di perairan laut.
Untuk merestorasi dan memelihara mangrove yang ada di Indonesia, maka Yayasan Konservasi Alam Nusantara mengembangkan program bernama Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA).
MERA berfungsi sebagai wadah bagi para pemangku kepentingan seperti akademisi, masyarakat, LSM dan swasta yang berharap dapat membantu pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan mangrove secara terintegrasi.
Pembentukan aliansi seperti MERA didukung oleh banyak pihak yang berharap terwujudnya pengelolaan mangrove yang berkelanjutan. Saat ini luas wilayah hutan mangrove yang dijangkau oleh program MERA adalah 730 hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
Kerja sama tersebut dilatarbelakangi oleh kepedulian Ataya Travel Solution terhadap keberadaan hutan mangrove di Indonesia, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Selasa.
Bentuk kerja sama ini berupa penyisihan dana insentif sejumlah Rp 50.000 dari setiap paket liburan untuk mendorong program MERA di Muara Angke. Program kerja sama ini akan berlangsung selama lima tahun.
“Kami merasa upaya merestorasi dan melestarikan alam tidak seharusnya dibatasi dengan jenis usaha yang dilakukan oleh pelakunya. Ataya Travel Solution bekerja sama dengan YKAN dalam misi konservasi hutan mangrove di Muara Angke.” ujar CEO dan Founder Ataya Travel Solution Miko Pudji Utomo.
Menurut Miko, misi konservasi alam tidak sebatas tugas yang harus dijalankan oleh organisasi yang bersinggungan dengan alam atau yayasan konservasi semata. Dibutuhkan usaha dan komitmen untuk membangun kembali dan merawat alam, khususnya di Jakarta yang merupakan pusat ekonomi, menjaga hutan mangrove amat diperlukan agar terhindar dari potensi bencana alam yang dapat menganggu aktivitas perekonomian.
Ketua Dewan Pengurus YKAN Rizal Algamar berharap melalui kerja sama yang diinisiasi oleh Ataya Travel Solution dapat mengajak para pelaku usaha lainnya untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar, sekaligus turut serta menjaga hutan mangrove di Indonesia. Mangrove merupakan salah satu daya tarik di bidang pariwisata Indonesia.
Tidak hanya menjadi tumbuhan yang dapat mengurangi abrasi yang disebabkan oleh arus dan ombak, hutan mangrove juga menjadi rumah dari jutaan burung yang bermigrasi dan lebih dari 75 persen spesies ikan tropis yang hidup di perairan laut.
Untuk merestorasi dan memelihara mangrove yang ada di Indonesia, maka Yayasan Konservasi Alam Nusantara mengembangkan program bernama Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA).
MERA berfungsi sebagai wadah bagi para pemangku kepentingan seperti akademisi, masyarakat, LSM dan swasta yang berharap dapat membantu pemerintah pusat dan daerah dalam pengelolaan mangrove secara terintegrasi.
Pembentukan aliansi seperti MERA didukung oleh banyak pihak yang berharap terwujudnya pengelolaan mangrove yang berkelanjutan. Saat ini luas wilayah hutan mangrove yang dijangkau oleh program MERA adalah 730 hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019