Lebak (Antaranews Banten) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, mengapresiasi produksi gabah kering pungut (GKP) menembus 748.355 ton dengan panen seluas 130.022 hektare, sehingga mampu berswasembada pangan di daerah ini.
"Kita sepanjang tahun 2018 tidak mendatangkan beras dari luar daerah," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Selasa.
Produksi GKP sebanyak 748.355 ton itu terdiri dari padi sawah 718.394 ton dan padi gogo 29.961 ton.
Diperkirakan nilai transaksi penjualan gabah 748.355 ton itu, jika harga GKP sebesar Rp4.000 per Kg maka menyumbangkan pendapatan domestik bruto (PDB) triliunan rupiah.
Selanjutnya, jika GKP itu dikalkulasikan pangan mencapai 349.856 ton setara beras dan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Saat ini, kata dia, kebutuhan konsumsi masyarakat Kabupaten Lebak rata-rata 11.977 ton per bulan atau jika per tahun 143.724 ton.
Sedangkan, jumlah penduduk Kabupaten Lebak 1,2 juta jiwa maka produksi pangan dinyatakan suplus hingga 17,2 bulan dengan persedian 206.132 ton beras.
"Kami mendorong petani terus meningkatkan produksi dan produtivitas pangan," kata Dede menjelaskan.
Menurut dia, keberhasilan pencapaian pangan di Kabupaten Lebak tidak lepas peran serta pemerintah yang sangat berkomitmen untuk berswasembada pangan.
Produksi pangan surplus itu karena adanya intervensi pemerintah melalui penyaluran bantuan sarana produksi, di antaranya benih unggul, pupuk, pestisida dan perbaikan irigasi.
Selain itu juga bantuan alat-alat pertanian (alsintan) di antaranya traktor dan alat pengering, pompa untuk memasok kebutuhan pasokan air.
"Kami mengimbau petani agar tidak menjual gabah jika musim panen dan lebih baik menjual beras karena menguntungkan pendapatan ekonomi petani," katanya.
Ketua Kelompok Tani Suka Bungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Ruhyana mengatakan petani di sini bisa memanen padi sebanyak tiga kali panen per tahun karena adanya jaringan irigasi juga bantuan benih bersertifikat unggul dari pemerintah.
"Kami mengembangkan pertanian padi sawah itu menjadikan andalan ekonomi petani. Bahkan, bisa meraup keuntungan sekitar Rp35 juta per hektare," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019
"Kita sepanjang tahun 2018 tidak mendatangkan beras dari luar daerah," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Selasa.
Produksi GKP sebanyak 748.355 ton itu terdiri dari padi sawah 718.394 ton dan padi gogo 29.961 ton.
Diperkirakan nilai transaksi penjualan gabah 748.355 ton itu, jika harga GKP sebesar Rp4.000 per Kg maka menyumbangkan pendapatan domestik bruto (PDB) triliunan rupiah.
Selanjutnya, jika GKP itu dikalkulasikan pangan mencapai 349.856 ton setara beras dan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Saat ini, kata dia, kebutuhan konsumsi masyarakat Kabupaten Lebak rata-rata 11.977 ton per bulan atau jika per tahun 143.724 ton.
Sedangkan, jumlah penduduk Kabupaten Lebak 1,2 juta jiwa maka produksi pangan dinyatakan suplus hingga 17,2 bulan dengan persedian 206.132 ton beras.
"Kami mendorong petani terus meningkatkan produksi dan produtivitas pangan," kata Dede menjelaskan.
Menurut dia, keberhasilan pencapaian pangan di Kabupaten Lebak tidak lepas peran serta pemerintah yang sangat berkomitmen untuk berswasembada pangan.
Produksi pangan surplus itu karena adanya intervensi pemerintah melalui penyaluran bantuan sarana produksi, di antaranya benih unggul, pupuk, pestisida dan perbaikan irigasi.
Selain itu juga bantuan alat-alat pertanian (alsintan) di antaranya traktor dan alat pengering, pompa untuk memasok kebutuhan pasokan air.
"Kami mengimbau petani agar tidak menjual gabah jika musim panen dan lebih baik menjual beras karena menguntungkan pendapatan ekonomi petani," katanya.
Ketua Kelompok Tani Suka Bungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Ruhyana mengatakan petani di sini bisa memanen padi sebanyak tiga kali panen per tahun karena adanya jaringan irigasi juga bantuan benih bersertifikat unggul dari pemerintah.
"Kami mengembangkan pertanian padi sawah itu menjadikan andalan ekonomi petani. Bahkan, bisa meraup keuntungan sekitar Rp35 juta per hektare," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019