Lebak (Antaranews Banten) - Seluas 193.000 hektare atau 23 persen dari 860.000 hektare lahan di Provinsi Banten mengalami kritis sehingga kerapkali menimbulkan bencana alam, seperti banjir, longsor dan kekeringan.
   
 "Kita mengapresiasi tenaga penyuluh kehutanan sebagai ujung tombak mampu  mengatasi kerusakan lahan itu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten M Husni saat temu wicara  dengan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat dan lembaga masyarakat hutan desa  di Lebak, Selasa.   
     
Dalam temu wicara itu juga dihadiri Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy.
     
Kerusakan lahan itu tentu menimbulkan banjir, banjir bandang, longsor dan kekeringan.
     
Sebab,  jika hujan secara langsung tidak terserap ke tanah, namun mengalir ke aliran sungai.
     
Karena itu, pihaknya meminta tenaga penyuluh kehutanan yang melibatkan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat (PKSM) dan lembaga masyarakat hutan desa (LMHD)  dapat melestarikan kawasan hutan tersebut.
     
Selain itu juga mereka bekerja keras untuk mengantisipasi lahan kritis juga melakukan  pemberdayaan kepada masyarakat agar memanfaatkan hutan menjadi sumber penghasilan ekonomi.
     
Saat ini, kata dia, jumlah lahan kritis di Provinsi Banten mencapai 193.000 hektare atau 23 persen dari 860.000 hektare.
     
Sebagian besar lahan kritis tersebut di wilayah selatan Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
     
"Kami mendorong PKSM dan LMHD terus mengoptimalkan pelestarian hutan juga memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan hutan menjadi sumber ekonomi," ujarnya menjelaskan.
 
Menurut dia, saat ini, penanganan kehutanan sudah dialihkan dari kabupaten dan kota ke Provinsi Banten.
     
Kehadiran PKSM dan LMHD mampu menjaga dan melestarikan lahan tidak menjadi gundul, sehingga diibaratkan "hutan tetap hejo, warga bisa ngejo (hutan tetap hijau dan masyarakat bisa makan).
     
Selama ini, produksi hutan dapat menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan kerajinan madu lebah, jamur tiram,nyaman bambu dan gula aren.
     
"Saya kira komoditas hasil hutan bukan hanya kayu saja," ujarnya.
     
Sementara itu, LMHD Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Anwar mengatakan dirinya memanfaatkan kawasan hutan ditanami perkebunan aren sehingga menghasilkan produksi gula aren dan gula semut.
     
"Kami mampu memproduksi sekitar 28 ton gula aren per bulan dan menghasilkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat," katanya.

 

Pewarta: Mansyur

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018