Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan delapan orang warga meninggal dunia dalam bencana tanah longsor yang melanda dua wilayah di Provinsi Bali, dan semua jasad korban berhasil dievakuasi tim SAR gabungan.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa dari jumlah korban meninggal dunia itu empat adalah korban tanah longsor di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, dan empat korban meninggal lainnya di Desa Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar.
BNPB mengkonfirmasi berdasarkan laporan dari tim SAR gabungan untuk jasad ke empat korban longsor di Desa Pikat, Kecamatan Dawan, masing-masing ditemukan pada Minggu (19/1) atau beberapa saat setelah bencana terjadi dan dua lainnya ditemukan keesokan harinya pada Senin (20/1).
Hal ini, kata dia, karena dalam proses pencarian dan pertolongan itu tim SAR gabungan sempat menghadapi tantangan cuaca sehingga operasi harus dihentikan sementara demi keselamatan para petugas yang terdiri dari personel Basarnas, TNI, Polri, Palang Merah Indonesia (PMI) kabupaten setempat.
Baca juga: BPBD Lebak imbau warga waspadai bencana hidrometeorologi
Sementara untuk keempat jasad korban meninggal di Desa Ubung Kaja, Kota Denpasar ditemukan beberapa jam operasi pencarian berlangsung setelah bencana longsor terjadi pada Senin (20/1) pagi.
Dari kedua peristiwa ini tim SAR juga membantu evakuasi tujuh orang korban selamat untuk dilakukan tindakan medis atas luka yang diderita.
"Dari kedua lokasi bencana tersebut juga masih ada dua korban yang dilaporkan hilang dan dalam proses pencarian," kata dia.
BNPB mengimbau masyarakat mewaspadai hujan dengan intensitas ringan hingga lebat dan disertai petir yang masih berpotensi melanda sebagian besar wilayah Provinsi Bali. Kondisi cuaca itu dapat memicu tanah longsor ataupun bencana hidrometeorologi lain seperti banjir bandang.
Panduan yang diberikan BNPB, antara lain apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi selama lebih dari dua jam maka warga yang tinggal di lereng tebing maupun bantaran sungai diharapkan segera mengungsi ke lokasi yang lebih aman demi mencegah potensi risiko bencana.
Selain itu, kata dia, pemerintah daerah juga diharapkan dapat mengawasi aliran sungai dan saluran irigasi maupun drainase secara berkala. Jika terdapat penyumbatan aliran sungai maupun saluran air sesegera mungkin agar dibersihkan demi mencegah terjadinya banjir.
Ia menambahkan pengawasan terhadap tanggul dan tebing juga diharapkan dapat dilakukan secara intensif. Dalam hal ini jika terdapat retakan dan rekahan tanggul maupun tebing segera diambil tindakan mitigasi sehingga keselamatan warga lebih terjamin.
Baca juga: Sejumlah kecamatan di Tangerang bentuk posko siaga bencana hidrometeorologi
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2025