Pendapatan usaha pertanian pangan padi sawah kelompok tani (Koptan) Sukabungah Kabupaten Lebak, Banten mencapai Rp3,7 miliar per musim panen dari lahan 150 hektare dengan 200 anggota.

"Kita bisa menghasilkan pendapatan ekonomi rata-rata Rp 3,7 miliar/musim panen," kata Ketua Koptan Sukabungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Ruhiana di Lebak, Senin.

Usaha pertanian pangan padi sawah menjadi andalan ekonomi petani binaannya dan berhasil untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Produktivitas padi setiap panen bisa menghasilkan gabah basah sebanyak 5 ton per hektare dan kebanyakan benih Inpari 32 dan waktu masa panen 85-90 hari setelah tanam.

Dari produktivitas 5 ton per hektare itu dikalkulasikan dengan lahan seluas 150 hektare sehingga bisa menghasilkan gabah basah panen 750 ton dan jika dikonversikan beras menjadi 370 ton.

"Jika harga beras itu dijual Rp10 ribu per kilogram dengan sebanyak 370 ton maka dapat menghasilkan uang Rp 3,7 miliar per musim panen selama empat bulan atau rata-rata Rp25 juta per hektare," kata Ruhiana.

Baca juga: Koptan Kalanganyar bertekad jadi penghasil bawang merah di Lebak

Menurut Ruhiana, usaha pertanian pangan khususnya padi sawah binaannya kini sudah memiliki profil kelompok setelah mengikuti bimbingan teknis (Bintek) sistem penyuluhan tepat sasaran atau Sipatas.

Profil kelompok tani itu terdata akurat luas lahan garapan pertanian pangan padi sawah dan hortikultura jenis aneka sayuran.

Selain itu juga dilengkapi data kepemilikan lahan berupa sertifikat, peta serta permasalahan dan solusinya.

"Kami sangat terbantu adanya profil kelompok tani, karena bisa didampingi tenaga penyuluh untuk meningkatkan produktivitas pangan dan ekonomi petani," kata Ruhiana menambahkan.

Kepala Bidang Penyuluhan dan Perizinan Dinas Pertanian Provinsi Banten Erry Yanuar mengatakan pihaknya mengoptimalkan tenaga penyuluh di lapangan mampu menerapkan Sipatas untuk mendukung program swasembada pangan yang digulirkan Presiden RI Prabowo Subianto.

Kunci keberhasilan sektor pertanian tersebut garda terdepan adalah tenaga penyuluh yang bisa mentransfer ilmunya secara langsung kepada petani maupun kelompok tani.

Melalui Sipatas itu ditingkatkan kompetensi SDM penyuluh baik berstatus ASN maupun penyuluh petani swadaya agar kinerja mereka benar-benar memahami mulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Baca juga: Koptan Sukabungah Lebak alami kerugian ratusan juta akibat kekeringan

Selain itu juga penyuluh ASN dan penyuluh swadaya harus menguasai teknologi budidaya maupun mekanisasi penerapan teknologi pertanian.

Saat ini, kata dia, mereka petani harus mampu mengoperasikan peralatan teknologi pertanian mulai pengolahan lahan hingga pascapanen.

"Kami mengapresiasi penyuluh yang sudah mengikuti kegiatan Bintek Sipatas mampu membina kelompok tani hingga membuat profil kelompok tani binaannya," katanya.

Ia mengatakan meluncurkan kegiatan Sipatas pertama kali di Indonesia dengan mewajibkan kelompok tani memiliki profil.

Sebab, profil kelompok tani itu sangat berguna dan bermanfaat agar penyuluh dan petani bisa menggali potensi wilayah juga mengetahui kelompok tani serta dapat mencari solusi juga petunjuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Dalam profil juga petugas penyuluh itu memiliki jadwal kunjungan kelompok tani atau selep monitoring ke lapangan dan diawasi oleh Distan kabupaten dan provinsi.

"Jika petugas penyuluh itu tidak ke lapangan untuk memberikan penyuluhan kepada kelompok tani maka bisa diketahui dari jadwal kunjungan itu. Jadwal kunjungan itu nantinya ditempel di saung," kata Erry.

Baca juga: Kementan bangun pusat pelatihan lapang di koptan Sukabungah Lebak

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024