Kalah dalam dua pertandingan terakhir putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia membuat peringkat Indonesia terpangkas 11,62 poin setelah bertambah 19,84 poin akibat mengimbangi Arab Saudi, Australia, dan Bahrain.
Sampai pembaruan terakhir peringkat FIFA pada 24 Oktober 2024, Indonesia turun lagi ke posisi 130. Peringkat ini diperbarui kembali 28 November nanti.
Tentu saja bukan kejatuhan peringkat yang menjadi kekhawatiran utama Indonesia, melainkan menjaga asa lolos Piala Dunia 2026.
Harapan itu terganggu oleh kekalahan besar 0-4 dari Jepang empat hari lalu, walau sudah dilupakan oleh Garuda, dan siap bangkit melawan Arab Saudi di GBK, Selasa malam nanti.
Kalah dalam satu pertandingan yang apalagi dari tim yang kelasnya jauh di atas, seharusnya memang tak terus-terusan disesali.
Apalagi lawan yang dihadapi Garuda nanti malam adalah tim yang ditahan seri 1-1 di kandangnya di King Abdullah Sports City pada 6 September.
Baca juga: Indonesia tahan imbang Arab Saudi 1-1, Paes sukses gagalkan penalti
Saat itu Saudi masih diasuh pelatih kaliber dunia, Roberto Mancini, yang mengantarkan Italia menjuarai Piala Eropa pada 2021.
Mancini didepak setelah Green Falcons ditahan imbang 0-0 oleh Bahrain.
Kini mereka dilatih Herve Renard, yang ironisnya digantikan Mancini pada 2023.
Renard membawa Saudi lolos ke Piala Dunia 2022 ketika Green Falcons menumbangkan Argentina 1-2 dalam fase grup.
Tapi Argentina pula yang menjuarai Piala Dunia 2022, sedangkan Saudi tersisih karena ditaklukkan oleh Polandia dan Meksiko.
Renard semakin redup setelah gagal membawa Saudi mencapai fase gugur Piala Teluk karena dikalahkan Irak dan Oman pada fase grup.
Dia dilucuti dari perannya segera setelah Saudi dibabat dua tim Amerika Selatan dalam laga persahabatan, khususnya setelah kalah dari Bolivia pada 25 Maret 2023.
Dia kemudian digantikan oleh Mancini, yang ternyata tidak secemerlang saat mengasuh Italia.
Dalam 21 laga yang dia pimpin, Saudi kalah tujuh kali, termasuk tiga kali selama kualifikasi Piala Dunia 2022.
Kinerja buruk yang juga termasuk enam hasil seri ini juga membuat Saudi gagal total dalam Piala Asia 2023.
Baca juga: Satu poin yang bangkitkan optimisme
Tidak lebih baik
Puncaknya setelah hanya bisa 0-0 melawan Bahrain di kandang sendiri dalam putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026, Mancini dipecat. Herve Renard kembali melatih Saudi.
Tetapi Renard juga tak terlalu mengesankan. Dalam pertandingan pertama Saudi di bawah asuhannya lagi, Green Falcons nyaris dikalahkan Australia.
Walaupun tetap menjadi tim yang mendominasi lapangan selama kualifikasi Piala Dunia 2026, Saudi hanya bisa membuat tiga peluang, sedangkan Australia mengkreasi 13 peluang.
Kedua tim bermain seri 0-0, sehari sebelum Indonesia digasak 0-4 oleh Jepang.
Walau resumenya menarik terutama pernah membawa Pantai Gading menjuarai Piala Afrika 2015 dan mengantarkan Maroko serta Saudi ke Piala Dunia 2018 dan 2022, kinerja Renard sejauh ini tidak lebih baik dari Mancini.
Kala melawan Australia, Renard memasang formasi 4-4-2, bukan tiga bek tengah seperti ketika diimbangi 1-1 oleh Indonesia dan saat mengalahkan China 2-1.
Renard bisa saja mempertahankan formasi 4-4-2 kala bertamu Indonesia nanti malam, tapi bisa juga kembali ke formasi tiga bek tengah seperti diadopsi Mancini pada 6 September dan kala mengalahkan China.
Baca juga: Timnas Indonesia menyerah 1-2 dari tuan rumah China
Uniknya, dalam formasi apa pun Green Falcons selalu menjadi tim yang dominan menguasai bola, termasuk kala dikalahkan 0-2 oleh Jepang.
Mereka piawai dalam menangkal lawan memasuki teritori permainan mereka.
Tapi kala menghadapi Australia, untuk pertama kalinya Saudi kalah dalam menciptakan peluang.
Kalau Australia menciptakan 13 peluang yang dua di antaranya tepat sasaran, maka Green Falcons hanya membuat tiga peluang yang satu di antaranya tepat menyasar gawang.
Jika Renard masih memasang formasi itu, Shin Tae-yong bisa memasang lagi tiga bek tengah seperti saat Indonesia bertemu Saudi pada 6 September.
Dia bisa tetap dalam pola lama, 3-5-2, atau bisa juga dengan variasi lebih ofensif 5-2-3 seperti dipraktikkan Australia pada 14 November.
Salah satu senjata maut Saudi adalah pergerakan mereka di sayap kiri, apalagi jika sektor ini melibatkan Salem Al Dawsari.
Salem adalah pemain Saudi yang paling berpengalaman dan paling produktif. Dia memiliki 90 cap dan 23 gol, termasuk satu gol pada putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kabar baik bagi Jay Idzes dkk, Salem absen membela Saudi melawan Garuda.
Baca juga: Kalah dari China, Erick Thohir bakal evaluasi Timnas Indonesia
Harus lebih klinis
Ketidakhadiran Salem bisa membuat kolom Calvin Verdonk-Justin Hubner-Yakjob Sayuri leluasa bermanuver di koridor kanan permainan Garuda.
Sayang, debutan Kevin Diks yang tampil cemerlang saat melawan Jepang, absen mengisi sayap kiri permainan Garuda. Tapi masih ada yang lain, termasuk Sandy Walsh.
Saudi sendiri masih memiliki pemain-pemain berbahaya seperti Saleh Al-Shehri dan Musab Al-Juwayr, yang diturunkan sebagai starter kala melawan Australia.
Al-Shehri mencetak 4 gol dalam putaran kedua, sedangkan Al-Juwayr mencetak satu gol pada putaran ketiga.
Saudi juga berbahaya dalam bola mati di mana pemain bertahan mereka, seperti Hassan Kadesh, bisa menutup tumpulnya lini serang Green Falcons.
Kadesh mencetak dua gol ke gawang China, yang semuanya dari bola mati, tepatnya sepak pojok. Dua golnya adalah bagian dari tiga gol yang dibuat Saudi selama putaran ketiga.
Jumlah gol Saudi itu kalah banyak dari Indonesia yang sudah memasukkan empat gol.
Tapi Saudi lebih tangguh dalam menjaga pertahanan. Mereka baru kebobolan 4 gol, sedangkan Indonesia sudah kemasukan 9 gol.
Baca juga: Timnas Indonesia harus akui keunggulan Jepang 0-4
Dengan statistik seperti ini, langkah terbaik yang dilakukan Shin Tae-yong adalah memasang lagi tiga bek tengah dan mendorong pemain-pemainnya lebih klinis dalam memanfaatkan peluang.
Kala melawan Jepang, Indonesia gagal mengonversi tiga peluang emas.
Hal seperti itu tak boleh lagi terjadi kala menghadapi Saudi yang berperingkat jauh lebih rendah dari Jepang dan tampil tidak konsisten setelah menumbangkan Argentina pada Piala Dunia 2022.
Dalam urusan menciptakan peluang, Indonesia sedikit lebih unggul ketimbang Saudi.
Dari lima pertandingan putaran ketiga Piala Dunia 2026, Ragnar Oratmangun cs membuat 18 peluang emas dari total 40 peluang, sedangkan Saudi menciptakan 14 peluang emas dari total 48 peluang.
Kini tinggal bagaimana lini serang pimpinan Rafael Struick meningkatkan keklinisan dalam menuntaskan peluang.
Mereka harus lebih tenang lagi kala melalui situasi-situasi kritis di depan gawang lawan. Ketenangan serupa dibutuhkan di depan benteng pertahanan, seperti terlihat pada empat pertandingan sebelum dikalahkan Jepang.
Garuda juga perlu melupakan dulu beban lolos ke putaran final Piala Dunia 2026 untuk bermain lepas sebagai underdog, sambil memanfaatkan bonus atmosfer super positif di GBK.
Baca juga: Timnas Arab Saudi tiba di Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024