Lebak (Antaranews Banten) - Sejumlah petani kopra di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak dua bulan terakhir mengeluhkan harga menurun dari Rp7.500 menjadi Rp4.700 per kilogram.
     
"Menurunya harga itu tentu berdampak terhadap pendapatan," kata Aman (40) seorang petani kopra warga Desa Pasir Tanjung Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Selasa.
     
Para petani tentu cukup terpukul menurunya harga kopra di pasaran karena tidak sebanding dengan biaya produksi.
     
Saat ini, harga butiran kelapa dalam terjadi kenaikan antara Rp2.000 sampai Rp2.500 per buah.
     
Selain itu biaya angkutan juga terjadi kenaikkan sehingga keuntungan produksi kopra relatif kecil.
     
"Kami tetap memproduksi kopra, meski keuntungan kecil karena kasihan para pekerja jangan sampai kehilangan pekerjaan," katanya.
     
Menurut dia, dirinya kini memproduksi kopra antara satu sampai satu ton per pekan setelah harga di pasaran menurun.
     
Produksi kopra itu ditampung oleh bandar besar di Pasar Rangkasbitung.
     
Saat ini, usaha kopra tidak seperti tiga bulan lalu hingga mencapai Rp7.500 per kg.
     
Para petani cukup semangat jika harga di pasaran membaik karena menguntungkan itu.
     
Namun, saat ini harga kopra di pasaran Rp4.700 per kg sehingga pendapatan berkurang.
     
"Kami setiap transaksi sekitar Rp9 juta per pekan untuk dua ton dengan harga Rp4.500 per kg,padahal sebelumnya bisa mencapai Rp15 juta," katanya.
     
Begitu  juga H Katma (50) seorang petani  di Kabupaten Lebak mengatakan dirinya kini terpaksa mengurangi produksi kopra setelah harga di tingkat penampung menurun.
     
Sebab, menurunya harga kopra hanya relatif kecil meraup keuntungan.
     
Untuk penjualan satu ton, kata dia, meraup keuntungan sekitar Rp500 ribu.
     
Pendapatan sebesar itu tentu cukup besar untuk biaya produksi juga upah pekerja.
     
"Kami berharap harga kopra kembali normal dan menguntungkan bagi pendapatan petani," ujarnya menjelaskan.
     
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distabun) Kabupaten Lebak Rully Yamella mengatakan selama ini, produksi komoditas kopra relatif terbatas karena banyak petani meninggalkan usaha tersebut.
     
Apalagi, harga kopra di pasaran menurun sehingga tidak sebanding dengan biaya produksi.
     
Selain itu juga perkebunan kelapa dalam semakin berkurang seiring dengan tumbuhnya pemukiman. 
     
"Kami mendorong petani terus mengembangkan usaha kopra guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat," katanya.

 

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018