Dua gajah koleksi Solo Safari mati akibat terjangkit infeksi hati dan elephant endotheliotropic herpesviruses (EEHV).
Direktur Utama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Ahmad Syukri Prihanto di Solo, Jawa Tengah, Senin, mengatakan dengan kematian dua gajah bernama Inova dan Manohara tersebut, saat ini koleksi gajah di Solo Safari tersisa dua ekor.
Ahmad mengatakan, sebelumnya hasil observasi sudah dikirimkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
"Jadi ada keterangan dari laboratorium. Awalnya ada dugaan karena kesejahteraan satwa, kurang main, kena penyakit, dan karena pakan. Namun setelah dibawa ke laboratorium, hasilnya murni karena penyakit, kena virus," katanya.
Baca juga: Gibran Rakabuming minta warga jaga infrastruktur peninggalannya
Terkait hal itu, pihaknya melakukan sejumlah langkah evaluasi, salah satunya menambah jumlah tim medis, yakni dokter hewan.
"Kan ada dokter spesialis. Kami menambah dokter hewan spesialis satwa liar gajah. Ada dokter Novi dari Pusat Studi Taman Safari," katanya.
Ia mengatakan dokter spesialis tersebut khusus untuk memantau satwa-satwa spesial, termasuk gajah.
Selain itu, pihaknya juga meningkatkan pengawasan pada kondisi lingkungan mengingat saat ini cuaca sedang panas.
"Kondisi ini berpengaruh ke pakan. Harus pakan segar supaya mereka nyaman seperti di habitat aslinya," katanya.
Baca juga: Kebo Bule Kiai Slamet jadi maskot Peparnas 2024 Solo
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
Direktur Utama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Ahmad Syukri Prihanto di Solo, Jawa Tengah, Senin, mengatakan dengan kematian dua gajah bernama Inova dan Manohara tersebut, saat ini koleksi gajah di Solo Safari tersisa dua ekor.
Ahmad mengatakan, sebelumnya hasil observasi sudah dikirimkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
"Jadi ada keterangan dari laboratorium. Awalnya ada dugaan karena kesejahteraan satwa, kurang main, kena penyakit, dan karena pakan. Namun setelah dibawa ke laboratorium, hasilnya murni karena penyakit, kena virus," katanya.
Baca juga: Gibran Rakabuming minta warga jaga infrastruktur peninggalannya
Terkait hal itu, pihaknya melakukan sejumlah langkah evaluasi, salah satunya menambah jumlah tim medis, yakni dokter hewan.
"Kan ada dokter spesialis. Kami menambah dokter hewan spesialis satwa liar gajah. Ada dokter Novi dari Pusat Studi Taman Safari," katanya.
Ia mengatakan dokter spesialis tersebut khusus untuk memantau satwa-satwa spesial, termasuk gajah.
Selain itu, pihaknya juga meningkatkan pengawasan pada kondisi lingkungan mengingat saat ini cuaca sedang panas.
"Kondisi ini berpengaruh ke pakan. Harus pakan segar supaya mereka nyaman seperti di habitat aslinya," katanya.
Baca juga: Kebo Bule Kiai Slamet jadi maskot Peparnas 2024 Solo
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024