Lebak (Antaranews Banten) - Pasokan beras lokal di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mulai melimpah dan tidak mendatangkan dari luar daerah.
"Kami hari ini mendatangkan beras lokal sebanyak 15 ton," kata Ujang (45) seorang pedagang dikiosnya di Pasar Tradisional Rangkasbitung, Sabtu.
Pasokan beras lokal melimpah sehubungan diberbagai daerah di wilayah Provinsi Banten memasuki musim panen raya.
Kemungkinan panen padi hingga berlanjut Juni 2018 karena curah hujan relatif tinggi sehingga percepatan tanam dilakukan petani.
Saat ini, pasokan beras lokal di Kabupaten Lebak melimpah.
Bahkan, harga beras di pasaran mulai turun rata-rata Rp20.000 ukuran 25 Kg.
Misalnya, harga beras jenis premium KW I semula dijual Rp320.000, namun kini Rp300.000 ukuran seberat 25 Kg.
Begitu juga beras jenis KW II dari Rp300.000 kini menjadi Rp280.000 ukuran 25 Kg.
Sedangkan, beras KW III dari Rp280.000 menjadi Rp265.000 ukuran 25 Kg.
Pasokan beras kebanyakan didatangkan dari Kabupaten Lebak dari hasil panen awal Februari 2018.
Petani menjual beras tersebut karena tibanya musim tanam.
"Kami berharap harga beras bisa kembali normal," ujarnya menjelaskan.
Begitu juga H Baden (60) seorang pedagang dikiosnya di Pasar Tradisional Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan dirinya sejak sepekan terakhir mendatangkan beras lokal dan tidak dipasok dari luar daerah, sebab petani menjual beras itu hasil panen Februari 2018.
Pedagang masih mendatangkan beras lokal karena permintaan pasar cukup tinggi dan kualitasnya relatif bagus.
Saat ini, beras lokal Lebak memiliki kualitas cukup bagus dibandingkan dari sejumlah daerah di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
"Kami yakin pasokan beras lokal stabil karena panen hingga Juni mendatang," kata Baden menjelaskan.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Suka Mulya Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Arsyad mengatakan dirinya kini memasok beras kualitas premium merk Ciberang sebanyak 60 ton per bulan.
Produksi beras Ciberang itu dari hasil panen Januari-Februari 2018.
"Kami memasok beras ke sejumlah pasar tradisional di Lebak," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna menyebutkan selama ini pasokan beras lokal melimpah karena berbagai daerah musim panen raya.
Selain itu juga perkirakan ketahanan pangan untuk masyarakat mencukupinya.
Sebab, jika musim panen mereka petani menyimpan padi di "leuit" atau rumah lumbung dengan jumlah sebanyak 20.000 lumbung pangan.
Apabila diakumulasikan rata-rata dua ton per lumbung pangan maka tercatat 40.000 ton padi.
Selama ini, persediaan pangan lokal di Kabupaten Lebak tidak ada masalah sehingga kebutuhan konsumsi keluarga mencukupinya.
Karena itu, pihaknya hingga kini belum menerima laporan warga Kabupaten Lebak mengonsumsi beras impor.
"Kami minta petani terus meningkatkan produksi pangan dengan penerapan teknologi pertanian," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018
"Kami hari ini mendatangkan beras lokal sebanyak 15 ton," kata Ujang (45) seorang pedagang dikiosnya di Pasar Tradisional Rangkasbitung, Sabtu.
Pasokan beras lokal melimpah sehubungan diberbagai daerah di wilayah Provinsi Banten memasuki musim panen raya.
Kemungkinan panen padi hingga berlanjut Juni 2018 karena curah hujan relatif tinggi sehingga percepatan tanam dilakukan petani.
Saat ini, pasokan beras lokal di Kabupaten Lebak melimpah.
Bahkan, harga beras di pasaran mulai turun rata-rata Rp20.000 ukuran 25 Kg.
Misalnya, harga beras jenis premium KW I semula dijual Rp320.000, namun kini Rp300.000 ukuran seberat 25 Kg.
Begitu juga beras jenis KW II dari Rp300.000 kini menjadi Rp280.000 ukuran 25 Kg.
Sedangkan, beras KW III dari Rp280.000 menjadi Rp265.000 ukuran 25 Kg.
Pasokan beras kebanyakan didatangkan dari Kabupaten Lebak dari hasil panen awal Februari 2018.
Petani menjual beras tersebut karena tibanya musim tanam.
"Kami berharap harga beras bisa kembali normal," ujarnya menjelaskan.
Begitu juga H Baden (60) seorang pedagang dikiosnya di Pasar Tradisional Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengatakan dirinya sejak sepekan terakhir mendatangkan beras lokal dan tidak dipasok dari luar daerah, sebab petani menjual beras itu hasil panen Februari 2018.
Pedagang masih mendatangkan beras lokal karena permintaan pasar cukup tinggi dan kualitasnya relatif bagus.
Saat ini, beras lokal Lebak memiliki kualitas cukup bagus dibandingkan dari sejumlah daerah di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
"Kami yakin pasokan beras lokal stabil karena panen hingga Juni mendatang," kata Baden menjelaskan.
Ketua Gabungan Kelompok Tani Suka Mulya Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Arsyad mengatakan dirinya kini memasok beras kualitas premium merk Ciberang sebanyak 60 ton per bulan.
Produksi beras Ciberang itu dari hasil panen Januari-Februari 2018.
"Kami memasok beras ke sejumlah pasar tradisional di Lebak," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna menyebutkan selama ini pasokan beras lokal melimpah karena berbagai daerah musim panen raya.
Selain itu juga perkirakan ketahanan pangan untuk masyarakat mencukupinya.
Sebab, jika musim panen mereka petani menyimpan padi di "leuit" atau rumah lumbung dengan jumlah sebanyak 20.000 lumbung pangan.
Apabila diakumulasikan rata-rata dua ton per lumbung pangan maka tercatat 40.000 ton padi.
Selama ini, persediaan pangan lokal di Kabupaten Lebak tidak ada masalah sehingga kebutuhan konsumsi keluarga mencukupinya.
Karena itu, pihaknya hingga kini belum menerima laporan warga Kabupaten Lebak mengonsumsi beras impor.
"Kami minta petani terus meningkatkan produksi pangan dengan penerapan teknologi pertanian," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2018