Penuaan biasanya dikaitkan dengan gaya hidup seseorang yang tidak sehat seperti kebiasaan tidur dan makan yang buruk atau tingkat stres yang dialami.

Namun baru-baru ini, sebuah studi mengungkapkan bahwa diskriminasi dapat menjadi salah satu faktor yang mempercepat penuaan seseorang.

Dilansir dari Medical Daily, Senin, studi terbaru yang dipimpin oleh para peneliti di NYU School of Global Public Health menemukan adanya korelasi antara diskriminasi antarpribadi dengan perubahan tingkat molekuler yang mempercepat penuaan.

“Mengalami diskriminasi tampaknya mempercepat proses penuaan, yang mungkin berkontribusi terhadap penyakit dan kematian dini serta memicu kesenjangan kesehatan,” kata penulis studi Adolfo Cuevas.

Baca juga: Tidak bisa dipungkiri masuki usia 40 tubuh tunjukkan tanda penuaan

Hal ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang menyatakan bila orang yang mengalami diskriminasi berdasarkan identitas mereka berupa ras, jenis kelamin, berat badan, atau disabilitas, menghadapi dampak kesehatan yang negatif termasuk penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan depresi.

Cuevas mengatakan para peneliti mengumpulkan sampel darah dari hampir 2.000 orang dewasa AS yang menjadi bagian dari penelitian Midlife in the United States (MIDUS). Mereka kemudian menilai tiga ukuran metilasi DNA, penanda yang mengevaluasi dampak biologis dari stres dan proses penuaan.

Para peneliti kemudian mengukur tiga bentuk diskriminasi yang dihadapi para partisipan yakni setiap hari, diskriminasi besar, dan tempat kerja. Meskipun diskriminasi sehari-hari mencakup tindakan tidak hormat yang kecil dalam kehidupan sehari-hari, diskriminasi besar merupakan contoh diskriminasi yang akut dan intens.

Diskriminasi di tempat kerja dapat berupa praktik yang tidak adil, terhambatnya peluang profesional, dan hukuman berdasarkan identitas.

Baca juga: Paparan cahaya smartphone terus menerus sebabkan penuaan kulit

Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang melaporkan lebih banyak diskriminasi menua lebih cepat secara biologis dibandingkan dengan mereka yang mengalami lebih sedikit diskriminasi.

“Diskriminasi sehari-hari dan diskriminasi besar secara konsisten dikaitkan dengan penuaan biologis, termasuk juga berkaitan dengan paparan terhadap diskriminasi di tempat kerja. terkait dengan percepatan penuaan, namun dampaknya tidak terlalu parah," kata rilis berita tersebut.

Para peneliti mencatat bahwa perbedaan perilaku merokok dan indeks massa tubuh menyumbang sekitar setengah dari hubungan ini.

Studi ini juga menemukan hal menarik lainnya. Meskipun peserta berkulit hitam mengalami lebih banyak diskriminasi dan penuaan biologis lebih cepat, peserta berkulit putih lebih rentan terhadap dampak diskriminasi ketika mereka mengalaminya.

Para peneliti percaya bahwa hal ini mungkin terjadi karena mereka lebih jarang terpapar dan strategi penanggulangannya lebih sedikit.

“Temuan ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi segala bentuk diskriminasi untuk mendukung penuaan yang sehat dan mendorong kesetaraan kesehatan,” kata Cuevas.

Baca juga: Catat, stop ukur kebahagiaan berdasarkan standar orang lain
 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024