Lebak (Antara News) - Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Banten, meminta petani setempat meningkatkan produksi singkong atau ubi kayu karena permintaan pasar cenderung meningkat.

"Kebanyakan permintaan ubi kayu itu untuk bahan baku aneka kerajinan makanan camilan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Senin.

Produksi ubi kayu sampai September 2017 mencapai 21.083 ton dari tanam seluas 547 hektare dan panen 1.034 hektare.

Mereka petani mengembangkan tanaman ubi kayu itu di lahan-lahan darat juga ada tumpang sari dengan tanaman jagung dan padi huma.

Pemerintah daerah mendorong petani terus memperluas tanaman singkong karena permintaan pasar cenderung meningkat.

Produksi ubi kayu itu dijadikan bahan baku kerajinan aneka makanan camilan, seperti keripik dengan berbagai rasa, kerupuk opak, combro, misro dan sebagainya.

Selain itu, juga ubi kayu sebagai makanan tambahan masyarakat dengan diversifikasi produk, seperti menjadi bolu singkong, rebus singkong, gorengan singkong, getuk, dan landri. Hal ini mengingat singkong memiliki kandungan karbohidrat seperti beras.

Oleh karena itu, permintaan ubi kayu cenderung meningkat untuk aneka kerajinan makanan juga makanan alternatif pengganti beras.

"Kami minta masyarakat agar mengembangkan tanaman ubi kayu guna memenuhi kebutuhan pangan," katanya.

Menurut dia, selama ini, lahan pertanian singkong belum mengarah pada petani monokultur karena mereka hanya menjadikan tanaman sampingan. Padahal, permintaan pasar cenderung meningkat sehingga menjanjikan pendapatan ekonomi petani.

Meski harga singkong Rp2.000,00 per kilogram, ubi kayu itu bernilai tinggi setelah menjadi makanan camilan dan alternatif pengganti beras.

Bahkan, produksi singkong di Kabupaten Lebak menyumbangkan kesejahteraan cukup besar bagi masyarakat dengan tumbuhnya kerajinan aneka makanan yang bahan bakunya ubi kayu itu.

"Kami minta produksi singkong itu diolah untuk menjadi makanan camilan dan pengganti makanan alternatif beras," katanya.

Dede mengatakan bahwa potensi pengembangan tanaman singkong di Kabupaten Lebak cukup luas karena merupakan daerah agraris.

Selain itu, tanam ubi kayu juga tidak banyak perawatan karena tanaman itu mudah tumbuh subur tanpa penggunaan pupuk.

Para petani di 28 kecamatan hampir semuanya terdapat tanaman singkong. Namun, jumlah tanam masih kecil.

Saat ini, permintaan ubi kayu Kabupaten Lebak juga dipasok ke Tangerang dan Jakarta. Namun, petani mengeluhkan kebijakan PT Kereta Api Indonesia yang melarang sarana angkutan massal tersebut mengangkut hasil bumi panenan mereka.

Hasil bumi, seperti singkong, pisang, dan sayuran, dilarang naik kereta untuk dijual di Jakarta.

"Semua produksi pertanian, termasuk ubi kayu dipasarkan ke Jakarta dengan menggunakan KA," katanya.

Petani warga Maja Kabupaten Lebak Udin (50) mengaku bahwa dirinya mengeluhkan larangan kereta api mengangkut hasil pertanian.

Larangan itu, kata dia, tidak berdasar dengan alasan mengganggu ketertiban dan kenyamanan.

Seharusnya, PT KAI juga memiliki kepedulian terhadap masyarakat petani untuk memudahkan memasarkan hasil bumi sebab masyarakat di sini kebanyakan petani dan cukup lama menggunakan jasa angkutan kereta api.

"Kami keberatan dengan mengangkut hasil bumi ke Jakarta menggunakan kendaraan lain karena mengeluarkan biaya cukup besar," ujarnya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017