Bogor (Antara News) - Asosiasi Bunga Indonesia (ASBINDO) meminta perhatian dan dukungan pemerintah agar industri florikultura di Indonesia dapat berkembang mengingat potensinya sangat besar, apalagi ragam varietasnya di Indonesia menempati peringkat dua dunia setelah Brazilia (Amazon).

"Kami berharap pemerintah dapat meninjau kebijakan pengenaan PPN 10 persen yang dikenakan terhadap sektor Flrorikultura sejak tahun 2015, untuk membantu industri yang saat ini tengah mati suri," kata Ketua Umum ASBINDO, Glenn Pardede di Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Ditemui pada Festival Florikultura dalam rangkaian Hari Bunga Nasional tanggal 24 Juli 2017 yang dicanangkan di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Glenn mengatakan, kebijakan PPN sebelumnya tidak dikenakan kepada sektor florikultura, namun bersamaan dengan kebijakan di sektor kelapa sawit, sektor florikultura juga ikut dikenakan.

Glenn mengatakan pasar florikultura di Indonesia masih sangat kecil karena masyarakat belum menjadikan bunga sebagai kebutuhan, padahal kalau dikembangkan potensinya sangat besar terutama untuk pasar ekspor, Malaysia sendiri saat ini memiliki pangsa pasar 1 persen (100 juta Euro) dari pasar bunga dunia sebesar 120 miliar Euro.

"Nilai ekspor Florikultura Indonesia saat ini baru mencapai 15 juta Euro atau belum mencapai 1 persen untuk itu kami berharap pemerintah dapat memberikan kebijakan terkait pengenaan PPN, minimal jangan dikenakan sebesar 10 persen untuk menggairahkan sektor ini," kata Glenn yang didampingi Direktur Eksekutif ASBINDO, Rosana A. Harahap.

Glenn mengatakan, sejak kebijakan PPN tersebut dikenakan banyak dari anggota ASBINDO yang saat ini berjumlah 80 terancam tutup, bahkan beberapa diantaranya sudah tutup karena penjualan rata-rata turun 10-20 persen.

"Pasar florikultura di Indonesia masih sangat kecil, kalaupun ingin mendapatkan pajak dari sektor ini tidak terlalu besar, kalaupun dikenakan sebaiknya bertahap agar sektor ini dapat berkembang setidaknya setara dengan Malaysia," kata Glenn.

Kebangkitan Florikultura Indonesia, diresmikan pada Senin, 24 Juli 2017, dicanangkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sekaligus menunjukan keseriusan, komitmen dan dukungan serta perhatian Pemerintah terhadap potensi Florikultura sebagai sektor usaha yang berpotensi untuk meningkatkan devisa dan memberikan kontribusi di sektor riil.

Kebangkitan Florikultura Indonesia didukung oleh berbagai rangkaian acara antara lain Seminar, Bursa, Pameran, Lomba dan pawai mobil Hias yang diadakan 28 ¿ 30 Juli 2017, di Bogor.

Glenn mengatakan, gerakan florikultura ini kerap dilaksanakan untuk memberikan kesadaran masyarakat mengembangkan sektor ini terlihat dari kesadaran pemerintah daerah mengembangkan taman, festival bunga diberbagai daerah, serta peringatan lain, namun sifatnya masih sporadis, rencananya dalam peringatan hari bunga tahun 2018 mendatang masuk dalam kalender internasional.

"Konsumsi bunga terbesar sampai saat ini masih DKI Jakarta, diikuti dengan Surabaya, Bandung, Bali, Manado, serta beberapa lainnya. Konsumsi bunga saat ini masih belum banyak karena harga bunga sendiri masih mahal seperti rangkaian bunga krisan di Belanda setara Rp100 ribu, sedangkan di Indonesia mencapai Rp400 ribu," ujar Glenn.

Glenn mengatakan, untuk mengembangkan florikultura selain regulasi dibidang perpajakan juga perlunya memberikan kelonggaran masuknya investasi asing di sektor ini, mengingat biaya untuk penelitian dan pengembangan sektor florikultura membutuhkan dana yang besar.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017