Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lebak, Banten menampilkan kain tenun Badui pada pameran di Jakarta, 17-20 Oktober guna mempromosikan produk kerajinan masyarakat adat.
 
"Kami berharap kain tenun Badui pada pameran Asta Karya Nusa Pesona Kriya Nusantara, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta bisa menembus pasar domestik dan mancanegara," kata Ketua Dekranasda Kabupaten Lebak Farid Dermawan di Lebak, Rabu.
 
Dekranasda Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten kerja sama dengan Kementerian Perindustrian di Jakarta untuk menampilkan produk kain tenun Badui guna membantu mempromosikannya.
 
Saat ini, Dekranasda Kabupaten Lebak juga melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kerajinan tenun masyarakat Badui.

Baca juga: Terobosan perajin kain tenun Badui dalam memasarkan karyanya
 
Selama ini, produksi kain tenun Badui itu memiliki keunggulan berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Keunggulan kain tenun Badui itu memiliki corak warna alami yang berbeda dan mengandung makna filosofi.
 
Saat ini, harga kain tenun Badui di kawasan kerajinan masyarakat Badui berkisar antara Rp150 ribu sampai Rp1,5 juta per potong dengan ukuran 3 meter persegi.
 
Ia mengatakan, pihaknya hingga kini mengoptimalkan pembinaan kain tenun Badui guna meningkatkan pendapatan ke masyarakat setempat.
 
Pembinaan kerajinan kain tenun Badui tersebut di antaranya pelatihan hingga magang ke sejumlah daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
 
Pelatihan kerajinan tenun Badui bertujuan meningkatkan mutu dan kualitas, di antaranya menggunakan bahan baku baku benang dari Majalaya, Bandung.
 
Selain itu juga bahan baku pewarna, corak dan motif dari pepohonan dan dedaunan yang alami.
 
"Kami terus memaksimalkan pelatihan agar produk kain tenun Badui bisa bersaing pasar," kata suami Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.

Baca juga: Perajin tenun Badui pasarkan produknya lewat media sosial
 
Sementara itu, Kepala Desa Kanekes yang juga tetua adat Jaro Saija mengatakan saat ini pelaku UMKM kerajinan kain tenun Badui yang ada sekitar 1.000 unit usaha dan mereka sejak turun temurun memproduksi kain tersebut.
 
Produk kerajinan kain tenun Badui itu memiliki banyak aneka motif di antaranya motif poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka), adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus.
 
Namun, harga kain tenun Badui itu yang mahal motif aros bisa menembus Rp1,7 juta per lembar kain, sebab motif itu memberikan kecintaan terhadap alam yang begitu penuh kekayaan dan harus dijaga agar tidak menimbulkan bencana.
 
Mereka pelaku UMKM kain tenun Badui dikerjakan menggunakan peralatan manual tanpa mesin dan mereka mengerjakan satu potong kain tenun Badui berukuran 2×3 meter persegi mencapai 7 hari.
 
"Kami berterima kasih kepada Dekranasda Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten yang menampilkan kain Badui pada pameran Asta Karya Nusa Pesona Kriya Nusantara, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Jakarta," kata Saija.

Baca juga: Tenun kaum perempuan Badui topang ekonomi masyarakat adat

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023