Amin (64), atau warga Suku Badui biasa menyebutnya Ayah Anirah merupakan warga Badui satu-satunya orang yang bisa memproduksi Kecapi Buhun.

Ia yang memiliki gelar sebagai Ki Pantun di Badui sudah belajar sejak kecil dalam membuat maupun memainkan alat musik Kecapi Buhun.

"Seingat saya sudah dari usia 10 tahun saya belajar membuat Kecapi Buhun, dengan menggunakan alat dan bahan seadanya, tapi ketika jadi waktu itu suaranya tidak merdu," katanya.

Menurutnya waktu itu tidak ada paksaan dalam membuat maupun memainkan Kecapi Buhun dari "kokolotan Badui" atau tokoh masyarakat Suku Badui.

Baca juga: Kecapi Buhun Suku Badui ternyata belum masuk Warisan Budaya Tak Benda

Kecapi Buhun tersebut biasanya dibuat dengan menggunakan kayu lame sebagai bahan baku utama dan pembuatannya dapat memakan waktu hingga dua minggu lamanya.

"Membuat Kecapi Buhun itu lama karena banyak tahapan ritual maupun pembacaan mantra saat produksi dan pantangan seperti tidak dibuat saat musim kemarau," ucapnya.

Dalam memproduksi Kecapi Buhun ia mengungkap hanya untuk keperluan ritual adat saja, namun ada juga beberapa orang luar seperti dari Bandung yang memesan kecapi untuk koleksi.

Satu buah kecapi Buhun bisa ia jual dengan harga dari Rp700 ribu hingga Rp1 juta rupiah tergantung bahan baku kayu serta waktu proses pembuatan.

Baca juga: Masyarakat adat Kaolotan yang tetap berkelimpahan pangan

Ki Pantun menyebut alat musik Kecapi Buhun Badui tidak bisa diiringi dengan alat musik lainnya, karena memiliki not yang hanya bisa diketahui oleh pembuat maupun pemainnya saja.

"Karena pada dasarnya Kecapi Buhun ini hanya untuk keperluan ritual saja, namun bisa juga dimainkan dengan lagu-lagu dahulu yang diwariskan dari leluhur Badui," ucapnya.

Ia mengatakan hanya ada 20 lagu "baheula" atau dulu yang ia ketahui dan diwariskan oleh leluhur Badui seperti kembang kacang, ngala parasi, suluh kadu, cina modar, mulung picung, rancag perang, kawuruhan, kangkung kayang, munggal iris, piit mandi, guguritan, pengirihan rayon, pengantin juga, racik numbang, dagang kembang, ganjur perang, dan lainnya.

Baca juga: Musim durian dan kesejahteraan warga Badui

Pewarta: Bagus Khoirunas

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023