Jakarta (Antara News) - Diplomat Success Challenge (DSC) 2016 atau memasuki tahun ketujuh berhasil menjaring 90 wirausaha muda (20 - 45 tahun) dari sebanyak 6.000 proposal bisnis yang masuk ke meja panitia sejak pendaftaran ditutup pada tanggal 13 Juni 2016.

"DSC yang diselenggarakan setiap tahun sejak 2010 peminatnya kian bertambah dari berbagai latar belakang , sebagian besar didominasi mahasiswa atau mereka yang baru lulus kuliah (61 persen) serta profesional muda (39 persen)," kata Ketua Dewan Komisioner DSC, Surjanto Yasaputera di Jakarta, Senin.

Peserta dari seluruh Indonesia dapat dikelompokan dalam 10 kategori. Tiga besar jenis usaha yang paling diminati masih seperti tahun lalu, yakni perdagangan (36%), diikuti oleh kuliner (31%) dan industry kreatif (13%). Diikuti Industri proses (5%), industry agro (4%) dan teknologi informasi (4%), ujar Surjanto.

Hal yang menarik tahun ini, jelas dia, adalah munculnya minat di bidang teknologi hijau, energy terbarukan dan pariwisata. Meski secara persentase angkanya masih belum signifikan, namun dari jumlahnya lumayan menggembirakan. Peminat usaha terkait teknologi hijau misalnya, mencapai 73 orang. Sementara yang terkait energi terbarukan ada 26 orang.

Sebagaimana tahun sebelumnya, proposal yang datang dari seluruh penjuru Indonesia ini dikelompokkan menjadi tiga area, yakni kawasan Indonesia Timur, Tengah dan Barat. Seperti tahun lalu, jumlah peserta paling banyak masih datang dari Central Region (Kalimantan, DIY dan Jawa Tengah) yakni sebanyak 56%. Posisi terbanyak kedua peserta dari East Region (Sulawesi, Jawa Timur dan Indonesia Timur) sebanyak 26% dan jumah peserta dari West Region tahun ini ada di peringkat ketiga sebanyak (15%).

Seleksi awal dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari 10 orang, mereka meneliti seluruh 6300 proposal yang masuk.

"Pertama kali kami melihat kelengkapan administrasi yang diminta dalam proposal, ada beberapa proposal yang tidak bisa diloloskan karena tidak lengkap, termasuk yang tidak menyertakan perhitungan cash flow,"  ujar Surjanto. Ada juga sejumlah proposal yang harus didiskualifikasi karena tidak menggunakan format yang telah disediakan.

Tahap berikutnya panitia memusatkan perhatian meneliti akurasi angka-angka keuangan dari ribuan proposal yang lolos.

"Kinerja keuangan adalah salah satu hal paling penting dalam proposal usaha. Usaha itu harus menghasilkan untung secara logis. Kami tidak menuntut perhitungan keuangan yang sempurna, namun proposal yang perhitungan keuangannya ngawur sudah pasti langsung dicoret,¿ ujarnya menambahkan.

Feasibility sebuah proposal usaha memang langsung tergambar dari rencana keuangan, terutama dari perhitungan modal yang diperlukan serta keuntungan yang akan dihasilkan.

Tahap paling berat yang sering mengundang perdebatan adalah ketika sampai pada penilaian terhadap ide-ide usaha, termasuk mengukur orisinalitas bentuk dan kualitas usaha. Hal lain yang tak luput dari penilaian para juri adalah tentang potensi pasar, dan prospek pertumbuhannya.

Belum lagi melihat kemungkinan adanya dampak positif terhadap masyarakat sekitar, termasuk adanya unsure pemberdayaan yang juga menjadi nilai tambah. ¿Saya berterimakasih pada tim seleksi awal. Saya lihat mereka bekerja tanpa kenal waktu mengupas 6300 proposal usaha hanya dalam waktu 2 minggu. Ini pekerjaan yang luar biasa,¿ kata Surjanto.

Akhirnya proses seleksi awal ini berhasil meloloskan 90 proposal untuk tiga kawasan kompetisi; East, Central dan West Region. Di tiap kawasan masing-masing tersaring 30 kandidat, yang untuk selanjutnya disebut sebagai challenger. Para kandidat ini langsung dikontak oleh panitia untuk mengikuti tahapan selanjutnya yakni audisi. Mereka yang lolos tidak terbatas pada kegiatan wirausaha yang sudah berjalan, namun juga yang masih dalam bentuk idea atau konsep usaha.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016