Sejumlah perajin krey sawit di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten membawa berkah perubahan iklim kemarau El Nino mengingat kewalahan melayani permintaan pasar terhadap komoditas tersebut.
"Kita selama dua pekan ini bisa menjual 150 krey dari sebelumnya 50 krey, karena meningkatnya permintaan pasar itu," kata Anda (55) warga Cihiyang Kabupaten Lebak, Minggu.
Permintaan krey dipastikan selama kemarau cenderung meningkat, namun bahan baku agak kesulitan.
Permintaan krey dipastikan selama kemarau cenderung meningkat, namun bahan baku agak kesulitan.
Saat ini, produksi krey sawit di sini sekitar 50 perajin dan ditampung oleh lima pengepul dengan harga Rp30 ribu/lembar.
Para pengepul krey sawit dipasok itu ke berbagai daerah, seperti Tangerang, Serang, Depok, Bogor dan Cilegon hingga Jakarta.
Baca juga: UMKM pangan berbasis ikan tumbuhkan ekonomi warga pesisir Lebak
Baca juga: UMKM pangan berbasis ikan tumbuhkan ekonomi warga pesisir Lebak
"Kami dipastikan selama El Nino bisa menghasilkan omzet Rp9 juta/bulan dengan produksi 300 lembar atau meningkat dari sebelumnya 100 lembar dengan pendapatan Rp3 juta/bulan," kata Anda.
Begitu juga perajin lainnya Syahrul (45) mengaku dengan meningkatnya permintaan konsumen dipastikan pendapatan ekonomi para perajin relatif baik dan dapat mensejahterakan masyarakat setempat.
Produksi perajin krey juga melibatkan para pekerja mulai dari pencari bahan baku pelapah kelapa sawit hingga merajut krey dengan menggunakan tambang.
Mereka mencari limbah pelapah sawit di Perkebunan Nusantara Cisalak III Rangkasbitung, namun selama musim kemarau kondisi bahan baku krey terbatas.
Produksi kerajinan krey di wilayahnya sudah berjalan selama 20 tahun dan pertama kali yang mengembangkannya itu dari perajin Sumatera.
"Kami meyakini selama El Nino dipastikan permintaan meningkat, karena hingga kini sudah terjual 100 lembar atau Rp3 juta dari sebelumnya 50 lembar atau Rp1,5 juta,"kata Syahrul.
Baca juga: UMKM Kota Tangerang diimbau waspadai ancaman keamanan siber retas data
Baca juga: UMKM Kota Tangerang diimbau waspadai ancaman keamanan siber retas data
Ia mengatakan, biasanya memasuki musim kemarau maupun hujan membawa berkah bagi perajin krey sawit karena permintaan konsumen meningkat.
Kegunaan krey sawit itu oleh konsumen untuk perlindungan ruangan agar tidak terkena air hujan juga kepanasan dari terik matahari.
Saat ini, produksi krey sawit di Rangkasbitung tumbuh dan berkembang di sekitar perkebunan kelapa sawit.
"Kami sudah 15 tahun menggeluti kerajinan krey bisa memperbaiki rumah juga menyekolahkan pendidikan anak," katanya menambahkan.
Toto (55) seorang pengepul krey mengaku dirinya selama dua pekan terakhir melayani permintaan pedagang pengecer di wilayah Serang dan Cilegon sebanyak 2.000 lembar atau naik dari sebelumnya 700 lembar.
Dari 2.000 lembar krey itu dengan harga di tingkat perajin Rp30 ribu sehingga total Rp60 juta, padahal sebelumnya hanya Rp21 juta.
"Kami memasok krey ke tingkat pedagang pengecer dengan sistem tempo,namun beruntung berjalan lancar,"kata Toto sambil merahasiakan keuntungannya.
Baca juga: UMKM pangan berbasis ikan tumbuhkan ekonomi warga pesisir Lebak
Baca juga: UMKM pangan berbasis ikan tumbuhkan ekonomi warga pesisir Lebak
Sementara itu, Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh mengatakan, saat ini perajin krey sawit di daerah ini sekitar 250 unit usaha dan bisa membantu pendapatan ekonomi masyarakat.
Produksi krey sawit dari Kabupaten Lebak cukup besar bisa mencapai 20 ribu lembar per bulan, terlebih musim kemarau dan penghujan dan banyak permintaan pasar.
"Kami kini membina dan melakukan pelatihan kepada perajin agar meningkatkan produksi krey sawit karena menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat itu," katanya menjelaskan.
Baca juga: Petani Badui mulai panen kencur
Baca juga: Petani Badui mulai panen kencur
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023