Pandeglang,  (Antara News) - Salah seorang tokoh pemuda Pandeglang Amasari mendukung kebijakan Pemkab Pandeglang yang mamasukkan seni tradisional dalam muatan lolak (mulok) sekolah.

"Itu bagus, karena dengan demikian seni tradisional tidak akan musnah," katanya di Pandeglang, Sabtu.

Saat ini, kata dia, sulit mempertahankan kesenian tradisional kalau pemerintah tidak membuat kebijakan yang tepat. Memasukan dalam mulok sangat baik karena siswa akan memperlajari kesenian itu.

"Kalau sudah diperlajari di sekolah maka setelah mereka lulus akan menguasai kesenian itu, dan diharapkan bisa mengajarkannya setelah mereka hidup di lingkungan masyarakat," ujarnya.

Ia menyatakan, mengingat banyaknya seni dan budaya tradisional di Pandeglang, dan tidak mungkin seluruhnya masuk mulok, maka agar semuanya bisa dilestarikan, tidak ada salahnya ada semacam pergantian.

"Maksud saya begini, untuk tiga tahun pertama yang masuk dalam mulok misalnya rampak bedug, kemudian tiga tahun seni/budaya lain, dengan demikian semuanya bisa dipelajari oleh generasi muda," ujarnya.

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nursahan menyatakan ada tiga jenis kesenian tradisional yang dimasukan dalam kurikulum muatan lokal, yakni dzikir saman, ubruk dan rampak bedug.

Nurhasan menjelaskan, tari saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa para ulama pada abad ke-18. Awalnya hanya ditampilkan pada upacara keagamaan, namun pada perkembangan selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selamatan khitanan, pernikahan atau selamatan rumah.

Pemain dzikir saman berjumlah antara 26-46 orang dan dua-empat orang sebagai volalis.

Belakangan, kata dia, kesenian ini sudah jarang ditampilkan, hanya pada kegiatan tertentu saja dipentaskan, karena itu terancam punah apalagi generasi muda cenerung tidak mau mempelajari.

Selama ini, masyarakat cenderung mengetahui kalau tari saman berasal dari Aceh, padahal tari tradisional tersebut juga telah ada di Kabupaten Pandeglang sejak dahulu, dan menjadi salah satu budaya tradisional setempat.

Pewarta: Sambas

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016