Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten menyiagakan pompa untuk menghadapi perubahan iklim dampak El Nino atau kekeringan yang bisa mengancam gangguan kesulitan pasokan air.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Deni Iskandar di Lebak, Jumat, mengatakan pihaknya sudah menyiagakan ratusan pompa air untuk menghadapi kekeringan akibat dampak El Nino, sehingga dapat memproduksi ketersediaan pangan.
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diperkirakan puncak El Nino Agustus -September 2023.
Saat ini, pihaknya tengah memetakan daerah mana saja yang dilanda kesulitan air. Karena itu, pemerintah daerah menyiagakan pompa air, agar gerakan tanam dilaksanakan untuk mendukung produksi pangan.
"Kami minta petani yang memiliki sumber air permukaan, seperti Sungai Ciujung, Ciberang, Cisimeut, Cilangkahan, dan Cimadur dapat dimanfaatkan pompa air untuk menyedot air ke areal persawahan," kata Deni.
Baca juga: Pemkab Lebak Banten apresiasi petani lakukan percepatan tanam 1.000 hektare
Baca juga: Pemkab Lebak Banten apresiasi petani lakukan percepatan tanam 1.000 hektare
Sapran (45) seorang petani di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini mulai kesulitan persediaan air akibat dampak perubahan iklim El Nino yang diperkirakan puncaknya Agustus-September 2023.
"Kita sangat membutuhkan pompa satelit untuk mengaliri pasokan air untuk areal persawahan,"kata Sapran.
Menurut dia, saat ini, tanaman padi di wilayah di Blok Kanaga Bogel Warunggunungnya rata-rata 15 hari setelah tanam dan petani sangat membutuhkan persediaan air untuk menyuburkan lahan pertanian.
"Kami berharap adanya bantuan pompa satelit sehingga bisa memenuhi persediaan air untuk areal persawahan seluas 15 hektare," katanya menjelaskan.
Baca juga: BPBD Kabupaten Tangerang petakan wilayah rawan terdampak El Nino
Baca juga: BPBD Kabupaten Tangerang petakan wilayah rawan terdampak El Nino
Sementara itu, petani di Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak Yasin (55) mengatakan saat ini diwilayahnya kesulitan air, padahal tanaman padi di wilayahnya rata-rata 10 hari setelah tanam.
Sedangkan, pompa air yang ada tidak bisa dioperasikan karena mengalami kerusakan. Karena itu, pihaknya berharap pemerintah daerah bisa menyalurkan bantuan pompa untuk memenuhi ketersediaan air.
"Kami memastikan jika tidak tersedia air dipastikan tanaman padi mati, terlebih puncak kekeringan terjadi Agustus -September mendatang," katanya menjelaskan.
Baca juga: Gerakan percepatan tanam antisipasi dampak El Nino
Baca juga: Gerakan percepatan tanam antisipasi dampak El Nino
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023