Serang (Antara News) - Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten berupaya menguatkan kelembagaan pengawasan keamanan pangan segar yang berada di pasar-pasar untuk mencegah  konsumen membeli makanan yang tidak segar.

Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Banten Khairul Amri Chan di Serang, Sabtu, mengatakan  saat ini masih ditemukan produk pangan segar organik yang kurang 5 persen dan produk pangan segar tidak memiliki identitas yang diedarkan sehingga tidak dapat dijamin kemampuan telusurannya.

"Penyebabnya selain kurangnya sosialisasi yang berkesinambungan tentang keamanan pangan segar bagi produsen, pedagang antara maupun konsumen," katanya.

Selain itu, juga tidak adanya insentif pemerintah terhadap produsen/pedagang antara peretil yang telah memproduksi produk pangan segara yang aman.

Amri juga menyatakan, tidak adanya sanksi bagi produsen/pedagang antara peretil yang memproduksi atau mengedarkan produk pangan segar yang tidak aman.

Produsen/pedagang antara/pedagang eceran selama ini kurang kesadarannya untuk menjamin keamanan produk pangan segar yang dijual/diedarkan, sementara konsumen kurang pengetahuan tentang akibat mengonsumsi produk pangan segar yang tidak aman/sehat dan mereka lebih mementingkan harga yang murah, kata Amri.

Ia berharap ke depan produk pangan segar yang beredar di pasar memiliki identitas sehingga dijamin ketelusuran asal usulnya, dan produk pangan segar yang diedarkan di pasar itu aman untuk dikonsumsi melalui parameter cemaran mikroba, kandungan residu pestisida dan logam berat.

Pada kegiatan sosialisasi pembinaan keamanan pangan pada aparat kecamatan dan desa, petugas gizi, guru di Kabupaten Serang pada Kamis (24/3), Amri juga menyampaikan hal yang sama dan menyebutkan beberapa persyaratan yang harus diterapkan untuk menjamin keamanan pangan segar.

Persyaratan yang dimaksud yaitu cara budidaya yang baik, cara penanganan pasca panen yang baik, cara distribusi yang baik, cara penjualan yang baik dan ketelusuran terhadap asal usul produk pangan segar yang diedarkan di pedagang antara atau peretil.  

Amri mengatakan pihaknya sangat peduli terhadap keamanan pangan untuk melindungi konsumen terhadap terjangkitnya berbagai penyakit akibat dari makanan yang dikonsumsinya tidak segar atau sehat lagi, termasuk penyakit menular.

Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia disebutkan bahwa di dunia ada sekitar 840 juta manusia tidak memperoleh pangan aman, dan sekitar 1.500 juta kasus diare terjadi tiap tahun, serta sekitar 70 persen kasus diare setiap tahunnya disebabkan oleh kontaminasi biologis.

Sementara di negara industri lebih dari 30 persen manusia sakit tiap tahun akibat penyakit penyebaran melalui makanan.
         
Peningkatan Gizi

Sementara itu, Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan BKPP Banten Anshori membahas tentang peningkatan gizi yang masih dihadapi sejumlah tantangan dan permasalahan.

Ia menyebutkan masalah umum yang terjadi adalah konsumsi pangan belum cukup beragam dan bergizi seimbang, dan bergesernya pola konsumsi pangan masyarakat.

Selain itu adanya gizi ganda (gizi lebih dan gizi kurang), terjadinya kasus keracunan akibat penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan sehingga menimbulkan rendahnya ketahanan pangan masyarakat, rawan pangan, serta kompetisi pemanfaatan komoditas pangan untuk pangan, pakan dan biofuel.

Tantangan yang dihadapi adalah kapasitas produksi pangan nasional semakin terbatas, berlanjutnya konversi lahan pertanian, menurunnya kualitas lahan dan air akibat kerusakan lingkungan.

Kemudian dampak negatif perubahan iklim global terhadap pola usaha tani, produktivitas dan produksi pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan strategis.

Pewarta: Ridwan Chaidir

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2016