Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, Banten mengklaim angka stunting atau kekerdilan pada balita di daerahnya itu terus mengalami penurunan yang sebelumnya berjumlah 9.000 kasus menjadi 6.000 kasus pada 2023.

"Pada tahun 2022 berjumlah 9.000 kasus dan sekarang turun jadi 6.000 kasus," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Tangerang dr. Hendra Tarmizi di Tangerang, Rabu.

Baca juga: Bulog Sub Divre Tangerang pastikan ketersediaan pangan aman

Ia menyebutkan, penurunan angka stunting tersebut terlihat sejak tahun 2021 lalu, dimana berdasarkan data yang ada jumlah angka itu sekitar 16.100 kasus.

Kemudian, pada tahun 2022 angka kekerdilan pada anak turun menjadi 9.000 kasus, dan hingga kini kembali turun lagi mencapai 6.000 kasus kekerdilan.

"Dari angka 6.000 kasus stunting itu, jika di persentase sebesar 2,7 persen alami penurunannya," tuturnya.

Ia mengungkapkan, dengan terjadinya penurunan kasus tersebut merupakan hasil kerja sama antar instansi daerah dalam program pencepatan dan pengendalian terhadap stunting.

"Kita ada percepatan, jadi kita kerjasama dengan Bappeda dan seluruh OPD terkait melakukan gebrakan Posyandu," katanya.

Dana desa akan diarahkan ke sana. "Posyandu nanti akan lebih diberdayakan dalam bentuk pemberian makanan kayak Posyandu zaman dulu," katanya.

Selain peningkatan Posyandu, pihaknya juga melakukan peningkatan pemberian gizi terhadap anak, salah satunya seperti bubur kacang ijo, telur dan lainnya, yang ditujukan kepada yang berisiko stunting.

"Ini intervensi awal, sebelum stunting kita Hajar dulu sebelum turun jadi stunting. Itu semua Dinas ikut, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Pendidikan, tapi semua sekretariat di DPPKB," kata dia.*

Pewarta: Azmi Syamsul Ma'arif

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023