Lebak (Antara News) - Pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Banten mendorong petani mengembangkan budi daya tanaman hortikultura karena permintaan pasar cenderung meningkat dan cukup menjanjikan pendapatan ekonomi keluarga.
 
"Kami mengajak petani agar mengembangkan tanaman hortikultura guna memenuhi ketersedian pangan juga kesejahteraan," kata Ketua KTNA Provinsi Banten, Oong Syahroni di Lebak, Rabu.

Produk tanaman hortikultura itu terdiri dari jenis buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias juga tanaman obat-obatan.

Selama ini, tanaman hortikultura di Provinsi Banten cukup berkembang dan memberikan ketersedian pangan.

Bahkan, produk tanaman hortilultura itu dapat memenuhi permintaan pasar lokal juga Pasar Induk Tanah Tnggi Tangerang dan Pasar Induk Kramat Jakarta.

"Kami memperkirakan produk hortikultura yang dipasok ke pasar lokal dan induk mencapai 50 ton/hari," katanya.

Menurut dia, produk komoditas tanaman hortikultura itu untuk jenis tanaman sayuran adalah mentimun, kacang panjang, paria, terung, kangkung, dan bayam.
  
Selain itu juga buah-buahan, seperti durian, manggah, rambutan, nangka, dukuh dan salak.

Namun, jumlah produksinya masih terbatas sehingga petani perlu ditingkatkan budi daya tanaman hortikultura.

"Saya yakin budi daya tanaman hortikultura dapat mendongkrak ekonomi petani," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan pihaknya kini mengembangkan 17 komoditas produk hortikultura jenis buah-buahan karena permintaan pasar cukup tinggi.

Saat ini, produksi komoditas hortikultura sekitar 8.694.984 kuintal dengan luas 389.204 hektar.

Karena itu, pihaknya berharap produktivitas tanaman hortikultura meningkat.

Selama ini, produksi 17 komoditas hortikultura relatif rendah sehingga masih mendatangkan dari daerah lain.

Ke-17 tanaman hortikultura itu antara lain alpukat, belimbing, duku, durian, mangga, manggis, rambutan, salak, pisang, nangka dan nenas.

"Saya yakin ke depan 17 komoditas unggulan yang ada di Lebak menjadikan andalan ekonomi petani," katanya.

Duloh (55), seorang petani rambutan tangkue Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak mengaku dirinya setiap panen selalu memasok ke pasar Timur Tengah melalui perusahaan dari Jakarta.

Namun, kata dia, buah rambutan tangkue itu sebelum diekspor terlebih dulu disortir.

Pihaknya mengembangkan buah rambutan tangkue ini, karena biaya produksinya tidak besar dibandingkan tanaman karet. "Kami musim panen terkadang cuaca jika cuaca hujan terus tentu produksi berkurang," katanya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015