Tangerang (Antara News) - Kementerian Negara Koperasi dan UKM menyatakan sejumlah pihak yang selama ini mengabaikan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta koperasi ternyata menjadi penyelamat ekonomi nasional dan tenaga kerja.

Deputi Menteri Bidang Produksi Kementerian KUKM I Wayan Dipta di Tangerang, Sabtu, mengatakan bahwa koperasi masih menjadi wahana yang efektif untuk mengorganisasikan dan memperkuat posisi anggota yang sebagian besar adalah usaha mikro dan kecil.

Berdasarkan hasil survei tahun 1998 terhadap 225.000 UMKM saat krisis moneter, sebanyak 4 persen UMKM tidak menghentikan usaha, 64 persen tidak berubah omzetnya, 31 persen omzetnya menurun, dan 1 persen berkembang.

Lalu, hasil survei TA ADB 2001 terhadap 500 UKM di Medan dan Semarang, sebanyak 78 persen di antaranya tidak ada dampak pada krisis.

"Artinya, UMKM dan koperasi tidak masalah dengan kondisi ekonomi secara signifikan. Pasalnya, UMKM dan koperasi resistansi relatif sangat besar, hanya lemah di pendampingan untuk promosi yang terbatas," katanya dalam seminar nasional di Ciledug, Sabtu.    

Oleh karena itu, ke depannya menjadikan sektor UMKM dan koperasi sebagai ujung tombak penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.

Upaya lain yang dilakukan, yakni PMK Nomor 134 Tahun 2015 tentang Penguatan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dengan tambahan modal Rp2 triliun untuk mendorong ekspor.

Kemudian, penurunan suku bunga KUR dari 22 persen menjadi 12 persen dengan target tahun ini sebesar Rp30 triliun.

Deregulasi 28 peraturan koperasi dan UMKM yang nantinya menjadi 17 peraturan serta menumbuhkan kecintaan kepada penggunaan produk dalam negeri.

I Wayan Dipta menyebutkan usaha yang kena dampak ekonomi, yakni industri makanan berbahan baku impor, seperti terigu, kedele, industri garmen, industri tas dan sepatu yang menggunakan baha baku dan penolong impor, serta industri komponen otomotif.

Untuk sektor usaha yang menikmati dampak pelemahan rupiah, yakni produsen ikan dan produk ikan; penghasil kopi, kakao, dan teh; industri kerajinan rotan dan kayu; produsen buah lokal; dan sektor pariwisata.

Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, Kementerian UMKM akan bekerja sama dengan Kemenristek Dikti dalam pembuatan alat. Begitu pula, dengan perguruan tinggi untuk membantu dalam hal promosi.

"Bagusnya perkembangan UMKM di luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, karena ada peran serta perguruan tinggi. Maka dari itu, kemampuan teknik dalam membantu promisi sangat membantu sebab kelemahan UMKM sekarang adalah hal promosi," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) Yayasan Budi Luhur Cakti Kasih Hanggoro mengatakan bahwa pihaknya siap membantu pengembangan UMKM dan Koperasi karena kaitannya menjaga stabilitas ekonomi.

Maka dari itu, pihaknya mengumpulkan para mahasiswa dan dosen dalam kegiatan seminar nasional untuk bisa ikut serta dalam mengembangkan koperasi ke depannya.

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015