Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Cilegon, Selasa (17/01), menggelar kegiatan sosialisasi terkait penerapan digitalisasi terkolaborasi pelayanan ekspor dan impor di dalam kawasan Pelabuhan Banten pada wilayah kerja BKP Kelas II Cilegon, yang berlangsung di Aula Kantor Krakatau International Port. 

Kepala BKP Kelas II Cilegon, Arum Kusnila Dewi mengatakan, upaya tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan pelayanan ekspor impor khususnya pada ekspor hasil pertanian, dimana kedepan tidak hanya dilakukan di dua pelabuhan tetapi juga pada pelabuhan-pelabuhan khusus yang melaksanakan ekspor impor produk pertanian dan produk khusus.


Sosialisasi tersebut diikuti oleh pihak Bea Cukai Merak, pihak Pelabuhan Krakatau International Port, Pelindo II dan Kepala Stasiun Karantina Ikan dalam rangka meningkatkan percepatan layanan terhadap kegiatan ekspor impor 
khususnya dalam mendorong kemudahan ekspor hasil pertanian dan perikanan lokal Banten.

Adapun pelabuhan yang membuka layanan ekspor impor di Banten untuk produk pertanian berupa biji maupun olahan saat ini baru ada di dua pelabuhan yakni Pelabuhan Pelindo II Ciwandan dan Pelabuhan Krakatau International Port di Cigading. Dimana pada tahun 2022 lalu, nilai ekspor komoditas pertanian yang melalui Karantina Pertanian Cilegon mencapai Rp3,2 triliun. 

Namun sayangnya seperti diungkapkan Kepala Stasiun Karantina Ikan Merak Iromo mengatakan, untuk ekspor ikan seperti lobster dan udang segar, pengiriman nya masih dilakukan di luar Banten. Mengingat tidak tersedia nya container coolstorage untuk jenis produk ini.


"Ekspor ikan dari Banten itu cukup tinggi. Itu satu tahun bisa 44 ribu ton udang yang diekspor ke Amerika Serikat dari Banten, selama ini belum bisa dari port Banten sendiri via Cigading (Krakatau International Port) maupun Ciwandan (Pelindo II) jadi kita lmvia Tanjung Priok dan Soekarno Hatta," kata Iromo.

Terkait hal ini, Kepala Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Cilegon, Arum Kusnila Dewi berharap, dengan kegiatan sosialisasi digitalisasi terkolaborasi pelayanan ekspor impor dapat dioptimalkan. Jika saat ini baru dua pelabuhan, kedepan dalam kolaborasi pelayanan dengan menggandeng KSOP dan swasta pihaknya berharap akan ada pelabuhan tambahan yang bisa memfasilitasi pengiriman ekspor hasil perikanan.

"Ini yang akan kita akselerasikan percepatan layanannya tidak hanya di dua pelabuhan tetapi juga di pelabuhan -pelabuhan khususnya yang melaksanakan ekspor impor produk-produk pertanian maupun produk-produk khusus," Jelas Arum.

Kepala KSOP Kelas I Banten Brigjen Pol Capt Hermanta menambahkan, untuk mendukung program digitalisasi dan pengoptimalan layanan ekspor impor di Banten, pihaknya juga akan mendorong pelabuhan khusus di Banten salah satunya TUKS milik Wilmar yang sedang dalam proses verifikasi dan assessment agar bisa segera diajukan rekomendasi nya untuk dijadikan terminal umum kedepannya.

"Kita akan mencoba memverifikasi dan memberikan assessment pengajuan Wilmar itu untuk menjadi terminal umum. kita akan lakukan verifikasi dan ajukan rekomendasi kepada pak menteri rekomendasi untuk pemberian permohonan pelabuhan terminal sendiri untuk terminal umum," tegas Hermanta.


Untuk diketahui, saat ini kapasitas muat Pelabuhan Krakatau International Port sekitar 19,2 juta ton untuk kepentingan curah kering. Sedangkan untuk Pelabuhan Pelindo II Ciwandan, kapasitas nya hanya sekitar 6,2 juta ton. Sehingga dengan bertambahnya pelabuhan umum di Banten dengan peningkatan fasilitas dan utilitas nya, diharapkan terjadi penambahan kapasitas sebesar 10 hingga 20 persen kapasitas muat, agar bisa mendorong peningkatan ekspor hasil pertanian di wilayah Banten.

Pewarta: Susmiatun Hayati

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023