Asosiasi kopi Indonesia (AKI) pada komunitas D'coffee Milenial meriahkan acara Gebyar Expo UMKM Provinsi Banten dan Pameran Alutsista yang merupakan salah satu realisasi peran TNI AD untuk Rakyat, guna memperkenalkan produk kopi asli Banten.
"Saat ini kami lagi mempromosikan serta mempersatukan petani kopi se-Banten," kata ketua kelompok petani citaman Lawang Taji Gunung Karang Pandeglang Maman saat kepada antaranews di Serang, Senin.
Baca juga: Festival Kopi Lebak bawa berkah kopi Badui raup keuntungan Rp15 juta
Ia menjelaskan, penanaman kopi tersebut dihasilkan dari beberapa daerah di Banten, salah satunya Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
Sementara itu, penanaman terluas dan perbaikan kualitas kopi saat ini ada di wilayah Gunung Karang, Gunung Asepan, dan Gunung Pulo Sari Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
"Salah satu jenis kopi yang dihasilkan di Banten yaitu Liberika, Robusta serta Arabika. Dan paling dominasi kepada Robusta," katanya.
Selain itu, kata dia, di tahun 2023 akan fokus melakukan edukasi dan pelatihan kepada petani, guna menghasilkan kopi yang berkualitas baik.
Dari hasil uji citara rasa tahun 2021 kopi lokal endemik Banten jenis Robusta mendapatkan 'cupping score' 81.00.
"Alhamdulillah, di tahun 2022 kami diusung Bank Indonesia (BI) mendapatkan juara Nasional se-Jawa dan Bali kelas kopi Robusta," ujarnya.
Kopi 'Leupeh Lalay' merupakan jenis kopi Robusta lokal biji kecil atau masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah menir (kopi Belanda), berasal dari pohon berusia ratusan tahun yang masih tumbuh subur diatas batu karang Daerah Lawang Taji, Gunung Karang Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Keunikan dari kopi ini adalah di panen secara alami oleh Kelalawar dengan cara memakan daging buahnya yang sudah matang (ceri), dan membuang biji kopinya ke tanah.
Selanjutnya, biji yang berserakan inilah yang kemudian dikumpulkan oleh masyarakat sekitar dan diolah menjadi kopi Leupeh Lalay (ludah kelalawar).
Selain yang di fermentasi oleh Kelalawar, petani Gunung Karang, Pandeglang juga memiliki kopi luwak alam.
Kendati demikian, proses dan metode yang digunakan masih secara natural dibantu oleh sinar matahari serta alat kupas sederhana, seperti wet huller.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
"Saat ini kami lagi mempromosikan serta mempersatukan petani kopi se-Banten," kata ketua kelompok petani citaman Lawang Taji Gunung Karang Pandeglang Maman saat kepada antaranews di Serang, Senin.
Baca juga: Festival Kopi Lebak bawa berkah kopi Badui raup keuntungan Rp15 juta
Ia menjelaskan, penanaman kopi tersebut dihasilkan dari beberapa daerah di Banten, salah satunya Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
Sementara itu, penanaman terluas dan perbaikan kualitas kopi saat ini ada di wilayah Gunung Karang, Gunung Asepan, dan Gunung Pulo Sari Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
"Salah satu jenis kopi yang dihasilkan di Banten yaitu Liberika, Robusta serta Arabika. Dan paling dominasi kepada Robusta," katanya.
Selain itu, kata dia, di tahun 2023 akan fokus melakukan edukasi dan pelatihan kepada petani, guna menghasilkan kopi yang berkualitas baik.
Dari hasil uji citara rasa tahun 2021 kopi lokal endemik Banten jenis Robusta mendapatkan 'cupping score' 81.00.
"Alhamdulillah, di tahun 2022 kami diusung Bank Indonesia (BI) mendapatkan juara Nasional se-Jawa dan Bali kelas kopi Robusta," ujarnya.
Kopi 'Leupeh Lalay' merupakan jenis kopi Robusta lokal biji kecil atau masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah menir (kopi Belanda), berasal dari pohon berusia ratusan tahun yang masih tumbuh subur diatas batu karang Daerah Lawang Taji, Gunung Karang Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Keunikan dari kopi ini adalah di panen secara alami oleh Kelalawar dengan cara memakan daging buahnya yang sudah matang (ceri), dan membuang biji kopinya ke tanah.
Selanjutnya, biji yang berserakan inilah yang kemudian dikumpulkan oleh masyarakat sekitar dan diolah menjadi kopi Leupeh Lalay (ludah kelalawar).
Selain yang di fermentasi oleh Kelalawar, petani Gunung Karang, Pandeglang juga memiliki kopi luwak alam.
Kendati demikian, proses dan metode yang digunakan masih secara natural dibantu oleh sinar matahari serta alat kupas sederhana, seperti wet huller.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022