Tangerang (Antara News) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Budiharto Setyawan memperkirakan ekonomi provinsi Banten tumbuh 5,11 sampai 5,61 persen pada triwulan III 2015 lebih tinggi dibanding triwulan II 2015.

"Meskipun ekonomi tumbuh, namun tetap diwaspadai risiko yang dapat menahan pertumbuhan seperti realisasi investasi pemerintah yang belum terserap optimal, capital outflow, serta kondisi ekonomi global yang belum stabil," kata Budiharto saat menyampaikan hasil Kajian Ekonomi dan Keuangan  Regional (KEKR) Provinsi Banten Triwulan II 2015 di Tangerang, Rabu.

Budiharto menjelaskan, pertumbuhan ekonomi triwulan III dipicu sejumlah faktor. Pada sisi permintaan disebabkan menguatnya kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah serta peningkatan investasi seiring realisasi proyek infrastruktur.

Sedangkan pada sisi penawaran, didorong peningkatan kinerja pada sektor perdagangan dan penyediaan akomodasi, serta makanan dan minuman seiring peningkatan konsumsi saat Idul Fitri dan jelang Idul Adha, ujar Budiharto yang juga didampingi Kepala Unit Assesment Ekonomi dan Keuangan, Jenidar Oseva.

Lebih jauh Budiharto menjelaskan inflasi Banten pada periode tersebut diprediksi meningkat pada kisaran 8,9-9,4 persen disebabkan risiko kenaikan pada seluruh komponen meliputi kebijakan pemerintah, keterbatasan persediaan pangan, serta meningkatnya permintaan barang kebutuhan saat Idul Fitri dan jelang Idul Adha. 

Tekanan komponen harga barang yang diatur pemerintah (administered price) diperkirakan meningkat seiring kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi, LPG, serta listrik. Sedangkan pada komponen "volatile food" tingginya permintaan membuat harga beberapa komoditas strategis mengalami kenaikan cukup tinggi, ujar Budiharto.

Budiharto menambahkan musim kemarau berkepanjangan ikut juga berpotensi mengganggu produk bahan pangan.

Sedangkan untuk triwulan II, BI menghitung pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya. Kalau pada triwulan I 5,43 persen, maka pada triwulan II 5,26 persen.

Perlambatan pada sisi permintaan dipicu melemahnya konsumsi rumah tangga sebagai dampak perlambatan ekonomi global maupun domestik, yang juga mempengaruhi kontraksi ekspor dan impor.

Sedangkan untuk net ekspor justru tumbuh lebih tinggi ditopang ekspor dari industri alas kaki dan besi baja. Kemudian untuk konsumsi pemerintah dan penanaman modal tetap bruto (PMTB) tumbuh lebih baik dan menjadi penopang pertumbuhan, jelas Budiharto.

Perlambatan disisi penawaran disumbang melemahnya permintaan domestik dan luar negeri. Sektor  yang mengalami perlambatan adalah industri pengolahan serta perdagangan eceran dan besar. Padahal keduanya merupakan sektor utama di Provinsi Banten.

Berdasarkan hasil prompt manufacturing index (PMI) pada triwulan II 2015 sebesar 45,75. Angka ini menunjukkan perlambatan yang terjadi pada sektor industri, meskipun kalau dibanding triwulan I kinerja industri sudah jauh lebih baik, ujar Budiharto.

Sedangkan inflasi Banten pada triwulan II 2015 mencapai 8,91 persen, lebih tinggi dari tingkat inflasi triwulan I 2015 7,45 persen maupun triwulan II 2014 8,57 persen. 

Inflasi pada periode tersebut didorong tingginya inflasi "volatile food" akibat kenaikan harga daging ayam ras, cabai merah, beras, dan bawang merah sebesar 13,06 persen. Padahal produk tersebut menyumbang 2,58 persen pada inflasi.

Pewarta: Ganet Dirgantoro

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015