Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten menetapkan produk batik Lebak menjadi unggulan daerah yang terbukti mampu menyumbangkan ekonomi masyarakat dan memberikan lapangan pekerjaan.
 
"Kami menargetkan produk batik Lebak itu bisa menembus pasar mancanegara," kata Kepala Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh di Lebak, Sabtu.

Baca juga: BPBD Lebak siapkan perahu karet hadapi puncak musim hujan

Ia menjelaskan pelaku UMKM produk kerajinan batik Lebak tumbuh dan berkembang di masyarakat di daerah itu sehingga memberikan penghidupan kepada masyarakat dan mengentaskan masalah kemiskinan serta pengangguran.
 
Oleh karena itu, pemerintah daerah terus mendorong para pelaku UMKM produk kerajinan batik Lebak agar meningkatkan kualitas untuk mendorong minat pelanggan dan pendapatan omzet yang diperkirakan mencapai Rp100 juta-Rp250 juta per bulan.
 
"Kami terus mengoptimalkan promosi - promosi melalui pameran maupun perlombaan busana baik di dalam negeri maupun luar negeri dengan menggandeng stakeholder," katanya.
 
Menurut dia, produk kerajinan batik Lebak berkembang di kawasan sentra usaha, seperti di Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kelurahan MC Timur Rangkasbitung dan desa-desa lain di wilayah Lebak bagian tengah, di antaranya di Kecamatan Cimarga, Bojongmanik dan Leuwidamar.
 
Sebagian besar produk UMKM produk kerajinan batik Lebak berupa batik cetak atau chanting dan batik tulis yang memiliki nilai jual tinggi.
 
"Kami secara rutin membina pelaku UMKM produk batik tulis,terutama untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan permodalan," katanya menjelaskan.
 
Waseh mengatakan produk kerajinan batik Lebak memiliki keunggulan dengan 12 motif dan berbeda dengan batik lainnya di Tanah Air, dengan salah satu motif memiliki nilai filosofi kehidupan masyarakat pendalaman Badui.
 
Ke-12 motif itu antara lain motif Leuit Sijimat, Motif Rangkasbitung, Motif Caruluk Saruntuy, Motif Lebak Bertauhid, Motif Angklung Buhun, Motif Kalimaya dan Motif Sadulur.

Selama ini, lanjut dia, produk kerajinan batik Lebak juga bisa dipasarkan melalui penggunaan teknologi digital secara daring, sehingga pemerintah daerah terus meningkatkan kualitas dan mutu produk.
 
"Kami setiap tahun selalu mengalokasikan anggaran untuk pelatihan produk batik untuk mendukung bangga buatan Indonesia (BBI)," katanya.

Sementara itu, Umsaroh, seorang pelaku UMKM produk kerajinan batik Lebak mengatakan selama ini permintaan pasar cenderung meningkat dengan omzet pendapatan rata-rata Rp250 juta per bulan.
 
Permintaan batik itu bukan hanya untuk aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemerintah daerah, BUMN dan pelajar, tetapi juga masyarakat umum karena cocok untuk dijadikan pakaian resmi, seperti untuk pesta pernikahan.
 
Tingginya permintaan batik berkat promosi yang difasilitasi pemerintah daerah ke sejumlah wilayah di Tanah Air. "Kami merasa kewalahan melayani permintaan konsumen, termasuk online," katanya.
 
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lebak Farid Dermawan mengatakan pihaknya mempromosikan produk batik Lebak ke Jerman dan sebelumnya ke Jepang, Korsel dan Rusia.
 
Dekranasda Kabupaten Lebak juga sudah berkoordinasi dengan perusahaan Jerman yang memfasilitasi promosi produk UMKM batik Lebak itu.
 
"Kami berharap dengan promosi ke Jerman pertengahan Desember 2022 itu bisa diminati pasar internasional," kata suami Bupati Lebak itu.
 
 
 
 
 
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022