Serang (Antara News) - Produk perkebunan Banten berhasil menembus pasar ekspor berupa karet, kakao, cengkih, kelapa sawit, dan gula aren.

"Kita terus meningkatkan kualitas produk-produk tersebut untuk memenuhi permintaan pasar ekspor itu," kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Provinsi Banten Agus Purnohadi di Serang, Rabu.

Sebagian besar hasil kebun tersebut dipasok ke sejumlah negara ke Eropa, Amerika Serikat, dan Timur Tengah.

Komoditas perkebunan dipasok ke luar negeri itu melalui perusahaan eksportir dari sejumlah daerah di Pulau Sumatera dan Jawa Tengah. Untuk karet, kelapa sawit, dan kakao ditampung di Lampung dan Bengkulu, sedangkan cengkih di Semarang  Jawa Tengah.

"Kami berharap keberhasilan menembus pasar ekspor itu akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat," katanya.

Menurut dia, Pemerintah Provinsi Banten juga terus melakukan pengembangan komoditas perkebunan melalui peremajaan,terutama perkebunan karet.

Lahan perkebunan karet di Banten berada di Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Produksi karet milik masyarakat di dua kabupaten itu mencapai 8.472 ton dari luas 19.368 hektare dan rata-rata produktivitas 995 kilogram per hektare.

Pemprov juga berencana untuk mengembangkan tanaman kakao, cengkih, gula aren, dan kelapa sawit.   

"Kami terus mengembangkan perkebunan itu dengan melakukan sosialisasi dan bantuan benih unggul pada kelompok-kelompok petani," katanya.

Menurut dia, selama ini pertumbuhan ekonomi masyarakat yang mengembangkan tanaman perkebunan relatif bagus, selain menyerap lapangan pekerjaan juga dapat mengatasi kemiskinan.

Diperkirakan mereka para petani jika panen bisa menghasilkan ratusan juta rupiah per hektare, seperti perkebunan karet,kakao dan cengkih.

Apalagi, saat ini harga komoditas perkebunan cukup tinggi, diantaranya cengkih mencapai Rp120.000/Kg.

Selain itu juga para pekerja buruh perkebunan bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp50.000/hari.

"Kami tetap ke depan terus memperluas areal tanaman perkebunan juga bantuan bibit berkualitas unggul," kata Agus.

Sejumlah petani karet di Kecamatan Gunungkencana mengaku, saat ini produktivitas karet di daerah itu meningkat karena tiga tahun lalu dilakukan peremajaan.

"Kami saat ini bisa menjual getah karet berbentuk lump mencapai 20 sampai 30 ton per hektare," kata Ujang, petani karet asal Gunungkencana Kabupaten Lebak.

Kepala Dishutbun Kabupaten Lebak, Kosim Ansori mengatakan, saat ini permintaan komoditi karet cukup tinggi dengan harga getah di pasaran sekitar  Rp10.000 per kilogram dan sheep Rp 25.000 per kilogram.

Saat ini, luas perkebunan karet milik rakyat di Kabupaten Lebak tercatat 15.126 hektare dengan produksi 6.220 ton per tahun.

"Kami berharap petani terus memanfaatkan lahanya untuk dikembangkan perkebunan karet guna mendongkrak ekonomi masyarakat," ujarnya.

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015