Serang (AntaraBanten) - Perkembangan nilai impor Banten Februari 2015 turun 13,76 persen dibandingkan bulan sebelumnya dari 907,82 juta dolar AS menjadi 782,88 juta dolar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Syech Suhaimi di Serang, Kamis, mengatakan penurunan impor tersebut karena turunnya impor nonmigas 9,56 persen dari 736,47 juta dolar AS menjadi 666,09 juta dolar AS, dan impor migas turun 31,84  persen menjadi 116,79 juta dolar AS dari sebelumnya 171,35 juta dolar AS.

Khusus mengenai impor migas, penurunan tersebut merupakan akibat dari nilai impor untuk komoditi hasil minyak yang  turun dibanding bulan Januari 2015, mengingat untuk komoditi minyak dan gas yang lain tidak memperlihatkan kegiatan impor selama dua bulan terakhir.

Perkembangan nilai  impor migas pada Februari 2015  dibanding bulan sebelumnya terlihat sejalan dengan arah perkembangan volumenya, kata Suhaimi, namun tidak demikian untuk impor nonmigas.

Penurunan impor migas diduga terkait erat dengan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS dan harga komoditi ini di pasar perdagangan internasional menunjukkan peningkatan, katanya.

Berbeda dengan migas, impor nonmigas disinyalir tidak berkaitan dengan kedua faktor yang memengaruhi impor migas. Impor kedua komoditi ini untuk satu bulan ke depan diprediksi akan meningkat seiring dengan kurs rupiah terhadap dolar AS yang cenderung stabil dibanding Februari 2015, sementara harga komoditi migas dan nonmigas secara agregat di pasar perdagangan internasional yang diperkirakan akan kembali mengalami penurunan, ujarnya.

Suhaimi juga menjelaskan tentang nilai impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang yang mengalami penurunan 13,52 persen atau mencapai 94,45 juta dolar AS, sebaliknya untuk golongan barang lainnya meningkat 63,89 persen atau sebesar 24,07  juta dolar AS.

Nilai impor nonmigas terbesar berasal dari golongan barang bahan kimia organik yang mencapai 203,04 juta dolar AS, disusul besi dan baja serta ampas/sisa industri makanan dengan impor masing-masing 81,40 juta dolar AS dan 68,92 juta dolar AS.  

Empat dari sepuluh golongan barang, yaitu bahan kimia organik, besi dan baja, gula dan kembang gula serta mesin-mesin/pesawat mekanik yang mengalami penurunan nilai impor. Penurunan tertinggi terjadi pada gula dan kembang gula yaitu 68,43 juta dolar AS dan terendah bahan kimia organik 27,67 juta dolar AS, sementara peningkatan tertinggi terjadi pada ampas/sisa industri makanan yaitu 28,36 juta dolar AS.

Suhaimi juga menjelaskan impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang periode Januari ¿ Februari 2015 mengalami penurunan 87,01 juta dolar AS (6,26  persen)  dibanding periode sama tahun sebelumnya. Demikian pula untuk golongan barang lain juga turun 40,66 juta dolar AS (29,03  persen).  

Peran impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang pada periode Januari ¿ Februari 2015 mencapai 92,91 persen, dengan peran tertinggi berasal dari golongan bahan kimia organik yaitu sebesar 30,93 persen dan disusul besi dan baja serta gula dan kembang gula dan mesin-mesin/pesawat mekanik dengan kontribusi masing-masing 14,85 persen, 11,34 persen dan 10,18 persen, sedangkan andil enam golongan barang lain masih kurang dari 8 persen.  

"Jika disandingkan secara bersamaan, sembilan dari sepuluh golongan barang impor nonmigas tersebut kecuali pupuk adalah golongan barang yang sama dengan bulan sebelumnya.  Tujuh  dari  sembilan  golongan barang tersebut,  kecuali  gula dan kembang gula dan benda-benda dari besi dan baja merupakan golongan barang yang selalu masuk dalam sepuluh golongan barang impor utama Banten sejak Februari 2014," kata Suhaimi seraya menambahkan peran gabungan dari ketujuh golongan barang itu selama setahun terakhir tidak pernah kurang dari 75 persen.

Pewarta: Ridwan

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2015