Dokter spesialis Obgyn Brawijaya Hospital Depok yakni dr. Indra Gazali mengatakan metode Laparoskopi kini menjadi trend operasi bagi orang yang ingin tetap memiliki tampilan perut cantik dengan minimal resiko kejadian keloid.

Ia mengatakan laparoskopi menjadi alternative pembedahan minimal invansif. Metode bedah yang sering disebut dengan operasi lubang kunci ini, hanya membutuhkan sayatan kecil pada perut sekitar 3-4 sayatan kecil. Secara estetik, metode Laparoskopi tidak menimbulkan guratan yang berarti pada perut pasien.

Dijelaskannya laporoskopi itu berasal dari kata Laparo (Abdomen/perut) dan Oskopi (Melihat melalui scope kamera). Operasi Laporoskopi dilakukan hanya dengan membuat sayatan kecil pada bagian perut, sekitar 0,5-1 sentimeter. Berbeda dengan operasi bedah konvensional dimana sayatannya cukup besar pada perut hingga sepanjang belasan sentimeter. 

Melalui sayatan kecil ini nantinya akan dimasukan alat berupa tabung untuk diproyeksikan pada monitor video agar melihat seluruh rongga dalam bagian perut pasien, mulai dari panggul, rahim, hingga bagian atas rongga perut. 

Melalui monitor, dokter akan melakukan proses tindakan pengobatan ataupun diagnosis pasien. Karena sayatannya kecil, maka resiko yang ditimbulkannya juga sangat kecil, untuk itu metode ini juga sering dikatakan dengan istilah, minimal invansif.

Menurut dr. Indra, ada banyak keuntungan bagi pasien yang mengambil tindakan Laparoskopi yakni karena dilakukan dengan sayatan kecil maka resiko infeksi menjadi lebih kecil.

Lalu sayatan yang kecil pun mengurangi resiko pendarahan sehingga angka kejadian anemia dan kebutuhan transfusi darah selama dan sesudah pembedahan pun berkurang. Lalu sayatan kecil tersebut rasa nyeri setelah operasi cukup minimal dan tidak lama, sehingga lebih sedikit analgesia (obat penahan sakit) yang diperlukan.

Berbeda dengan proses Laparotomi atau operasi bedah konvensional, proses pemulihan pada pasien tindakan Laparoskopi lebih cepat. 

"Tidak terlalu lama dan pasien sudah bisa mobilisasi sekitar 2-6 jam setelah tindakan. Untuk proses perawatannya pun sangat cepat, umumnya 2-3 hari pasien sudah bisa beraktifitas seperti biasanya," katanya dalam keterangannya

Meski saat ini sudah ada alat Laparoskopi 3D, namun menurut dr. Indra, alat tersebut tidak berpengaruh pada pasien. "Mau 2D atau 3D alat Laparoskopi tidak berpengaruh pada pasien, pasien tetap mendapatkan perawatan dan waktu kesembuhan yang sama, alat hanya untuk mempermudah kerja dokter saja," ujarnya.


 

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022