Serang (AntaraBanten) - Provinsi Banten membutuhkan kawasan pengembangan pembibitan kerbau untuk dapat melahirkan ternak berkualitas dalam upaya meningkatkan populasi yang beberapa tahun belakangan ini jumlahnya cenderung menurun.

"Agar ketersediaan kerbau terjaga, diperlukan pengembangan kawasan dan pembibitan yang kami tetapkan tempatnya di Kabupaten Lebak," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Banten Eneng Nurcahyati dalam keterangan tertulis di Serang, Selasa.

Kabupaten Lebak ditetapkan sebagai kawasan pengembangan pembibitan kerbau karena berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat tahun 2013, total populasi kerbau di Provinsi Banten sebanyak 98.710 ekor, dan jumlah terbanyak berada di Kabupaten Lebak mencapai 32.148 ekor.

Ia mengatakan dalam pengembangan kawasan tersebut, dukungan pembibitan kerbau dari pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting, kata Eneng, seraya menambahkan Kabupaten Lebak menjadi sentra pembudidayaan kerbau tidak lain untuk memenuhi kebutuhan kerbau di Provinsi Banten.

"Meski demikian permasalahan yang dihadapi dalam upaya pelaksanaan program pembibitan ternak ruminansia di wilayah Provinsi Banten cukup banyak," kata Eneng.

Masalah yang dimaksud di antaranya terbatasnya jumlah kelompok ternak sapi dan kerbau yang menggunakan prinsip-prinsip pembibitan untuk mendapatkan kualitas bibit yang berstandar nasional Indonesia (SNI), minimnya pejantan pemacek berkualitas, rendahnya pelaksanaan inseminasi buatan (IB), kurangnya ketersediaan pakau hijau yang dikelola secara khusus, terbatasnya tenaga ahli dan tingginya angka pemotongan hewan ruminansia ini.

"Peternak cenderung masih menggunakan kebiasaan pemeliharaan sapi dan kerbau dengan cara dilepas sehingga ternak rentan cacat," katanya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Distanak Provinsi Banten melalui satuan kerja melakukan langkah konkret sebagai wujud dukungan terhadap pengembangan pembibitan ternak ruminansia, yaitu mencakup optimalisasi inseminasi buatan, pengadaan pejantan pemacek kerbau untuk intensifikasi kawin alam, penguatan kelembagaan pembibitan ternak, pelayanan kesehatan bagi hewan ruminansia, hingga peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan.

"Kita berharap masyarakat lebih mengerti tentang perbibitan ternak sehingga akan menghasilkan bibit yang berkualitas," kata Eneng berharap.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian (ST) 2013 Provinsi Banten, lima tahun terakhir total populasi kerbau di Provinsi Banten terus mengalami penurunan. Dari tahun 2009-2013, populasi kerbau berturut-turut mencapai 153.004 ekor (2009), 151.976 ekor (2010), 153.204 ekor (2011), 123.143 ekor (2012), dan 98.710 ekor (2013).

"Kabupaten Lebak penyumbang terbanyak populasi kerbau di Banten," kata Eneng.

Angka pemotongan kerbau di tahun 2013 mencapai 34.147 ekor dengan tingkat kelahiran hanya mencapai 22.742 ekor.

Pengeluaran ternak kerbau yang sulit terkontrol ditambah serangan penyakit hewan yang terjadi di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang makin memperparah kondisi tersebut.

"Dari tahun ketahun, tingkat kebutuhan/konsumsi akan daging kerbau di wilayah Provinsi Banten terus meningkat. Ironisnya, peningkatan kebutuhan akan daging kerbau bagi masyarakat Banten tidak diimbangi dengan jumlah populasi," kata Eneng menambahkan.

Meskipun peningkatan pemotongan kerbau akan berdampak pada ekonomi peternak, namun di sisi lain berakibat negatif bagi populasi kerbau.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014