Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mencatat ternak jenis sapi milik warga setempat diduga terjangkit virus penyakit mulut dan kuku (PMK) bertambah menjadi 59 ekor.
"Sebelumnya total sapi milik warga terjangkit PMK hanya 15 ekor dan bertambah 44 ekor dengan total menjadi 59 ekor," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam, Farid Muslim di Lubukbasung, Senin.
Baca juga: Komisi IV DPR minta Kementan ungkap asal penyebaran PMK
Ia mengatakan, ke 59 ekor sapi itu tersebar di 10 dari 16 kecamatan di daerah itu. Sedangkan enam kecamatan yakni, Kecamatan Palupuh, Ampekkoto, Malalak, Ampeknagari, Sungaipua dan Banuhampu belum ada laporan PMK.
Ke 59 ekor sapi itu menampakkan gejala seperti demam tinggi, berbusa air liur secara berlebihan, permukaan gusi berdarah dan peradangan pada bagian kuku. "Penyakit mulut dan kuku itu ditemukan pada Rabu (18/5) dan ini baru dugaan sementara dari penyakit yang diderita oleh sapi tersebut," katanya.
Ia menambahkan, tim telah mengambil sampel berupa darah, lendir hidung dan bekas luka pada kuku. Setelah itu, sampel dibawa ke Balai Veteriner Bukittinggi untuk diperiksa.
Sampel itu diambil sebanyak 10 ekor sapi dengan cara dilacak, karena biaya cukup besar untuk pemeriksaan sebesar Rp500 ribu per ekor. "Hasil sampel belum keluar, karena sampel cukup banyak di labor dan berharap beberapa hari ke depan telah keluar," katanya.
Ia mengakui, sapi yang terjangkit PMK itu setiap hari dilaporkan pihak penyuluh peternakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Tim Unit Reaksi Cepat pemerintah setempat melakukan penanganan ekstra setiap harinya ke sapi itu dan melaporkan kondisi terkini dari ternak tersebut.
Namun, petani diimbau untuk memberikan makanan tambahan kepada sapi tersebut berupa air gula, nasi dan lainnya, sehingga sapi itu memiliki tenaga.
"Penyebab kematian dari penyakit mulut dan kuku sangat rendah dan terpenting petani memberikan asupan makan ke sapi itu setiap saat," katanya.
Setelah itu, petani juga diimbau untuk menyemprotkan cairan disinfektan ke kandang dan selalu membersihkan kandang.
Apabila ada gejala PMK, segera laporkan ke petugas kesehatan hewan terdekat terdekat. "Sampai hari ini belum ada laporan kematian sapi akibat PMK," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022
"Sebelumnya total sapi milik warga terjangkit PMK hanya 15 ekor dan bertambah 44 ekor dengan total menjadi 59 ekor," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam, Farid Muslim di Lubukbasung, Senin.
Baca juga: Komisi IV DPR minta Kementan ungkap asal penyebaran PMK
Ia mengatakan, ke 59 ekor sapi itu tersebar di 10 dari 16 kecamatan di daerah itu. Sedangkan enam kecamatan yakni, Kecamatan Palupuh, Ampekkoto, Malalak, Ampeknagari, Sungaipua dan Banuhampu belum ada laporan PMK.
Ke 59 ekor sapi itu menampakkan gejala seperti demam tinggi, berbusa air liur secara berlebihan, permukaan gusi berdarah dan peradangan pada bagian kuku. "Penyakit mulut dan kuku itu ditemukan pada Rabu (18/5) dan ini baru dugaan sementara dari penyakit yang diderita oleh sapi tersebut," katanya.
Ia menambahkan, tim telah mengambil sampel berupa darah, lendir hidung dan bekas luka pada kuku. Setelah itu, sampel dibawa ke Balai Veteriner Bukittinggi untuk diperiksa.
Sampel itu diambil sebanyak 10 ekor sapi dengan cara dilacak, karena biaya cukup besar untuk pemeriksaan sebesar Rp500 ribu per ekor. "Hasil sampel belum keluar, karena sampel cukup banyak di labor dan berharap beberapa hari ke depan telah keluar," katanya.
Ia mengakui, sapi yang terjangkit PMK itu setiap hari dilaporkan pihak penyuluh peternakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Tim Unit Reaksi Cepat pemerintah setempat melakukan penanganan ekstra setiap harinya ke sapi itu dan melaporkan kondisi terkini dari ternak tersebut.
Namun, petani diimbau untuk memberikan makanan tambahan kepada sapi tersebut berupa air gula, nasi dan lainnya, sehingga sapi itu memiliki tenaga.
"Penyebab kematian dari penyakit mulut dan kuku sangat rendah dan terpenting petani memberikan asupan makan ke sapi itu setiap saat," katanya.
Setelah itu, petani juga diimbau untuk menyemprotkan cairan disinfektan ke kandang dan selalu membersihkan kandang.
Apabila ada gejala PMK, segera laporkan ke petugas kesehatan hewan terdekat terdekat. "Sampai hari ini belum ada laporan kematian sapi akibat PMK," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022