Serang (AntaraBanten) - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten mendorong petani setempat mengembangkan perkebunan kopi karena permintaan pasar cukup tinggi.

"Kami terus mendorong petani agar mengembangkan perkebunan kopi karena bisa meningkatkan kesejahteraan," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Provinsi Banten Suyitno di Serang, Rabu.

Menurut dia, saat ini produksi komoditi kopi di Provinsi Banten relatif rendah dan masih didatangkan dari luar daerah.

Pemerintah Provinsi Banten terus mengembangkan komoditi perkebunan kopi karena cukup menjanjikan peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat.

Pihaknya menyalurkan bantuan benih unggul kepada petani agar melakukan peremajaan sehingga produksi kopi meningkat dan memenuhi pasar lokal.

Berdasarkan data produksi kopi di Banten tercatat 2.607 ton/tahun dengan luas tanam 6.737 hektare.

Penyerapan tenaga kerja perkebunan karet mencapai 5.549 kepala keluarga.

Dari produksi kopi sebanyak 2.607 ton/tahun tersebar di Kabupaten Lebak 520 ton, Kabupaten Pandeglang 839 ton, Kabupaten Serang 1.214 ton, Kota Cilegon 25 ton dan Kota Serang 8 ton.

"Saat ini produksi kopi tertinggi adalah Kabupaten Serang, padahal potensi Kabupaten Lebak dan Pandeglang cukup besar," katanya.

Kepala Dishutbun Kabupaten Lebak Kosim Ansori mengimbau petani mengembangkan kopi robusta karena permintaan pasar cukup tinggi baik lokal maupun mancanegara.

Saat ini, petani Lebak mulai melirik pengembangan budi daya tanaman kopi robusta.

Permintaan kopi di pasaran cukup tinggi dan dapat menjanjikan kesejahteraan petani.

Pengembangan kopi ini, ujar dia, sangat memungkinkan dengan areal yang begitu luas di 28 kecamatan.

"Dengan pengembangan kopi ini dipastikan empat sampai lima tahun bisa meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat," katanya.

Ia menjelaskan, jumlah lahan perkebunan kopi milik masyarakat di Lebak tercatat 1.685 hektare dengan produksi 520 ton/tahun belum menjadikan andalan ekonomi petani.

Sebab petani Lebak menganggap perkebunan kopi hanya dijadikan usaha sampingan dan belum mengarah ke arah bisnis.

Karena itu, kata dia, pihaknya mengajak masyarakat agar mengembangkan tanaman kopi robusta karena harga di pasaran cukup tinggi.

Saat ini harga biji kopi kering di pasar lokal antara Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014