Praktisi migas, Widhyawan Prawiraatmadja menyebutkan sudah saatnya produksi migas dipacu di tengah-tengah momentum tingginya harga minyak saat ini.

"Naiknya harga minyak dunia dapat mendongkrak produksi migas nasional lantaran keekonomian proyek menjadi menarik. Apalagi adanya perbaikan ekonomi seiring turunnya pandemi Covid-19 di berbagai negara yang menjadikan kebutuhan energi terus meningkat," kata Widyawan dalam media briefing, Selasa.

Baca juga: Executive GM Pertamina Regional Jawa Bagian Barat, Tim BPH Migas dan Ditjen Migas Kunjungi SPBU di Kota Bogor

Widyawan mengungkapkan eksplorasi perlu dilakukan untuk mendongkrak produksi. Ditambah lagi, pemerintah melalui kontraktor migas bisa menemukan dua sampai tiga blok migas lain seperti Blok Cepu dengan produksi yang cukup tinggi.

"Kenaikan harga ini bisa menjadi momentum meningkatkan produksi, tetapi untuk jangka panjang PR kita masih banyak untuk menarik investasi masuk ke Indonesia," kata dia seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima, Rabu.

Widyawan mengatakan situasi kenaikan harga minyak memamg tidak serta merta membuat investor tertarik untuk berinvestasi atau melakukan kegiatan eksplorasi karena kenaikan itu salah satunya disebabkan oleh ketidakpastian kondisi geopolitik saat ini.

Namun demikian, Indonesia harus tetap mengoptimalkan daya tarik investasi migas pada tahun-tahun ke depan.

"Investasi migas ini adalah investasi jangka panjang, jadi investor harus memiliki keyakinan dalam melaksanakan kegiatan usahanya, untuk itulah UU Migas menjadi solusi untuk menarik investasi migas ke Indonesia," ujar dia.

Sementara itu, Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara pada kesempatan yang sama mengatakan, saat ini Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik minat investasi dari para investor besar.

Menurut dia, industri hulu migas nasional membutuhkan pembenahan dari sisi fiskal dan nonfiskal. Selain itu, perlu ada perbaikan untuk proses perizinan.

"Insentif menjadi penting karena dari sisi kebijakan fiskal Indonesia masih kurang menarik bagi investor migas dibandingkan negara lain," ujar dia.

Benny menambahkan, hal penting yang harus menjadi fokus saat ini adalah memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak dunia untuk memberikan sinyal yang menarik bagi investasi migas di Indonesia.

"Insentif, kebijakan fiskal dan kemudahan untuk berusaha semuanya bermuara di RUU Migas," kata dia.

Untuk itu, ia berharap agar RUU Migas yang kini sedang dibahas bisa segera selesai sehingga payung hukum tersebut bisa memberikan kepastian bagi investor dalam melaksanakan kegiatan usaha migas dan menarik lebih banyak investasi ke Indonesia.

Seperti diketahui, SKK Migas sat ini terus memacu produksi minyak dan gas bumi dengan mempercepat onstream 12 proyek migas pada tahun ini. Dari jumlah tersebut, diproyeksikan lima proyek hulu migas akan onstream pada kuartal dua tahun 2022.

Berkaca pada produksi minyak tahun 2021 yang hanya mencapai 660.000 bph dari target produksi sebesar 705.000 bph, kebutuhan minyak akan terus bertambah setiap tahunnya. Konsumsi minyak pada 2050 diperkirakan meningkat sebesar 139% dari konsumsi saat ini yang sekitar 1,66 juta barel per hari (bph) menjadi 3,97 juta bph pada 2050.

Sementara untuk konsumsi gas diperkirakan akan meningkat lebih besar lagi. Konsumsi gas saat ini sekitar 6.000 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lalu diperkirakan akan meningkat menjadi 26.112 MMSCFD pada 2050 atau meningkat sebesar 298 persen.

Melihat potensi migas Indonesia yang sangat besar semestinya produksi masih dapat dimaksimalkan. Saat ini terdata Indonesia memiliki 128 cekungan migas, di mana yang sudah berproduksi baru sebanyak 20 cekungan, dan terdapat 27 cekungan yang sudah ada temuan, namun belum berproduksi.

Menurut Benny, momentum harga minyak dunia yang tinggi ini dimanfaatkan oleh SKK Migas dengan mendorong KKKS untuk melakukan investasi yang lebih agresif dan mendorong KKKS untuk melaksanakan programnya lebih dini di awal tahun. Termasuk di dalamnya adalah SKK Migas mengawal penyelesaian proyek hulu migas 2022.

Ronald Gunawan, Direktur &COO PT Medco Energy International Tbk menambahkan, portfolio investasi perusahaan migas memang mengalami perubahan akibat dorongan untuk melakukan transisi energi. Namun, lanjutnya, kebutuhan energi yang terus naik membuat investasi migas akan tetap diperlukan dan berlanjut.

Ronald mengakui insentif fiskal menjadi hal yang signifikan untuk menarik investasi migas ke Indonesia. Pasalnya, dalam momentum kenaikan harga minyak ini, banyak negara yang menafaatkan situasi ini untuk menarik investai dengan memberikan insentif dan fiscal yang sangat menarik.

Meski demikian, ia mengatakan, saat  ini industry migas di Indonesia tengah menuju arah yang tepat dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh Kementerian ESDM dan SKK Migas dalam mendorong berbagai insentif.

"Kami selaku pelaku usaha sangat mengapresiasi pemerintah, kami melihat bahwa pemerintah melalui Kementerian ESDM dan SKK Migas mau mendengar dan mengupayakan apa yang menjadi kebutuhan industry untuk bersama-sama meningkatkan produksi migas nasional," kata dia.

Ronald pun memastikan pihaknya terus berkomitmen untuk memenuhi target produksi yang ditetapkan Pemerintah dan siap memberikan sumbangsih bagi industri serta masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi.

Pewarta: Sambas

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022