Jakarta (Antara News) - Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Dadi Sudiana mengatakan, Indonesia masih harus banyak belajar dalam mengembangkan benih unggul hortikultura khususnya tanaman sayuran.


"Kelemahan benih lokal kita produktivitasnya rendah, sehingga kita masih membutuhkan investasi asing untuk kegiatan riset di sektor benih sayuran," kata Dadi saat dihubungi, Rabu.

Dadi mengatakan, apabila kita membatasi investasi asing di sektor ini dikhawatirkan akan mematikan petani sayuran karena sulit untuk bersaing dengan produk sayuran dari negara lain di pasar.

"Tidak dapat dipungkiri benih unggul sayuran bawang, kentang, dan cabai dipasok perusahaan benih multinasional, karena perusahaan benih lokal memang belum mampu," ujar Dadi.

Dadi minta pemerintah lebih arif dalam mengambil kebijakan jangan melakukan pembatasan disaat petani tengah mendapat keuntungan dari bertanam sayuran.

"Ibaratnya jangan memotong di tengah jalan, tetapi beri kesempatan kepada produsen benih di dalam negeri untuk mengembangkan benih unggul hortikultura terlebih dahulu," ujar Dadi.

Petani sayur sudah paham betul merek-merek benih hibrida yang tahan hama dan memiliki produktivitas tinggi, jelas dadi.

Dadi mengatakan, pemerintah memang berkewajiban mengembangkan perusahaan benih lokal sehingga bisa  lebih berperan dalam pengembangan pertanian hortikultura.

"Setidaknya beri waktu apabila kita ingin mandiri di sektor perbenihan, sementara ini baik lokal maupun PMA sebaiknya tetap berjalan pararel dan berdampingan," ujar Dadi.

Dadi mencontohkan benih unggul kentang selama ini baru memasok kebutuhan 15-20 persen kebutuhan petani kentang, sedangkan petani lainnya menggunakan benih yang kualitasnya asal-asalan.

"Kalau benihnya asal-asalah, sudah pasti hasilnya juga asal-asalan tidak akan laku bersaing dengan produk yang berasal dari benih hibrida," ujar dia.

Dadi yakin meskipun membutuhkan proses panjang namun perusahaan benih lokal akan mampu menciptakan benih unggul hortikultura ke depannya.

Nada pesimis untuk membatasi investasi asing di sektor benih hortikultura juga disampaikan Ketua Harian Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini.

Pemerintah harus sadar bahwa  sektor perbenihan hortikultura Indonesia belum siap bersaing dengan negara lain apalagi dengan dibukanya kawasan perdagangan bebas China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) dan AFTA (ASEAN Free Trade Area).

"Indonesia hanya akan menjadi penonton jika Pemerintah salah membuat kebijakan," kata Benny.

Menurut Benny, kehadiran investasi dan teknologi masih dibutuhkan di Indonesia terutama untuk sektor pengembangan benih hortikultura varietas unggul dalam menghadapi persaingan dengan negara-negara produsen hortikultura lain.

Petani Indonesia akan kesulitan menghasilkan produk hortikultura baik sayuran secara kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pada akhirnya pasar hortikultura Indonesia akan dibanjiri produk impor, ungkap Benny.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014