Serang (AntaraBanten) - Realisasi impor Banten selama Juli 2014 didominasi komoditas bahan kimia organik yang nilainya mencapai 301,44 juta dolar AS atau 41,51 persen dari total impor nonmigas provinsi itu yang tercatat mencapai 729,04 juta dolar AS.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Ranta Suharta di Serang, Rabu, mengatakan tingginya permintaan impor bahan kimia organik sejalan dengan banyaknya jumlah industri kimia di Banten yang kawasan industrinya terletak di Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.
Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten, Syech Suhaimi bahwa potensi industri di Banten telah ada 19 kawasan industri termasuk di antaranya 1.652 industri kimia berskala besar, menengah dan skala kecil. Keberadaan lahan industri di Banten juga tergolong masih cukup luas.
Selain bahan kimia organik, Banten juga banyak mengimpor besi dan baja yang pada Juli 2014 mencapai nilai 159,81 juta dolar AS, meningkat 35,32 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 124,49 juta dolar AS.
Secara kesuluruhan nilai impor Banten Juli 2014 turun 8,53 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 1.096,73 juta dolar AS menjadi 1.003,14 juta dolar AS.
Untuk impor nonmigas mengalami penurunan 11,22 persen dari 861,31 juta dolar AS 760,70 juta dolar AS, sedangkan impor migas meningkat 2,98 persen dari 235,42 juta dolar AS menjadi 242,44 juta dolar AS.
Ia menjelaskan perbandingan terhadap bulan yang sama tahun lalu, nilai impor Juli 2014 mengalami penurunan 3,18 persen. Penyebab utama penurunan itu adalah nilai impor nonmigas yang turun 1,89 persen dibanding Juli 2013, bersamaan dengan impor migas yang mengalami penurunan 7,02 persen.
Penurunan nilai impor migas lebih disebabkan oleh nilai impor komoditas hasil minyak yang mengalami penurunan mengingat untuk komoditas migas tidak tercatat kegiatan impornya untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Untuk peningkatan impor migas, ia menduga terkait apresiasi nilai tukar rupiah, sedangkan penurunan impor nonmigas sepertinya tidak berkaitan dengan masalah perkembangan harga komoditas itu di pasar perdagangan internasional serta fluktuasi dari nilai tukar rupiah.
"Tidak seperti kondisi yang umum terjadi, impor komoditas migas dan nonmigas untuk satu bulan ke depan agak sulit diperkirakan," kata Suhaimi seraya menambahkan hal tersebut terkait dengan depresiasi nilai tukar rupiah namun cenderung stabil dibanding Juli 2014.
Kebalikan dari kondisi itu, harga kedua komoditi ini di pasar perdagangan internasional masih dimungkinkan untuk mengalami penurunan paling tidak dalam satu bulan ke depan. Berdasarkan beberapa kondisi makro tadi, perkembangan impor menjadi tidak mudah diprediksi, ujarnya.
Ia mengatakan nilai impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang mengalami penurunan 11,64 persen atau mencapai 96,02 juta dolar AS, demikian pula untuk golongan barang lainnya turun 12,65 persen atau sebesar 4,59 juta dolar AS.
Enam dari sepuluh golongan barang mengalami penurunan nilai impor, kecuali besi dan baja, ampas/sisa industri makanan, mesin-mesin/pesawat mekanik dan bijih, kerak dan abu logam . Penurunan tertinggi terjadi pada gula dan kembang gula yaitu mencapai 71,31 juta dolar AS dan terendah dari bahan bakar mineral dengan penurunan 6,52 juta dolar AS.
Adapun untuk peningkatan tertinggi dan terendah terjadi pada besi dan baja dan ampas/sisa industri makanan yang meningkat 35,32 juta dolar AS dan 0,82juta dolar AS.
Impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang periode Januari ¿ Juli 2014 mengalami penurunan 424,24 juta dolar AS (7,86 persen) dibanding periode yang sama tahun lalu, demikian pula untuk golongan barang lain juga turun 238,57 juta (47,00 persen).
Peran impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang pada periode Januari-Juli 2014 mencapai 94,87 persen, dengan peran tertinggi berasal dari golongan bahan kimia organik yaitu sebesar 41,51 persen dan disusul besi dan baja serta gula dan kembang gula, secara berturut-turut dengan kontribusi 15,33 persen dan 9,05 persen, sedangkan andil tujuh golongan barang lain masih kurang dari delapan persen.
Suhaimi juga menyebutkan negara pemasok barang impor nonmigas terbesar pada Juli 2014 adalah Singapura dengan nilai impor 106,76 juta dolar AS, diikuti Rusia dan China sebesar 98,42 juta dolar AS dan 98,08 juta dolar AS, sementara impor nonmigas berasal dari negara-negara ASEAN mencapai 180,53 juta dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten Ranta Suharta di Serang, Rabu, mengatakan tingginya permintaan impor bahan kimia organik sejalan dengan banyaknya jumlah industri kimia di Banten yang kawasan industrinya terletak di Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.
Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten, Syech Suhaimi bahwa potensi industri di Banten telah ada 19 kawasan industri termasuk di antaranya 1.652 industri kimia berskala besar, menengah dan skala kecil. Keberadaan lahan industri di Banten juga tergolong masih cukup luas.
Selain bahan kimia organik, Banten juga banyak mengimpor besi dan baja yang pada Juli 2014 mencapai nilai 159,81 juta dolar AS, meningkat 35,32 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 124,49 juta dolar AS.
Secara kesuluruhan nilai impor Banten Juli 2014 turun 8,53 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 1.096,73 juta dolar AS menjadi 1.003,14 juta dolar AS.
Untuk impor nonmigas mengalami penurunan 11,22 persen dari 861,31 juta dolar AS 760,70 juta dolar AS, sedangkan impor migas meningkat 2,98 persen dari 235,42 juta dolar AS menjadi 242,44 juta dolar AS.
Ia menjelaskan perbandingan terhadap bulan yang sama tahun lalu, nilai impor Juli 2014 mengalami penurunan 3,18 persen. Penyebab utama penurunan itu adalah nilai impor nonmigas yang turun 1,89 persen dibanding Juli 2013, bersamaan dengan impor migas yang mengalami penurunan 7,02 persen.
Penurunan nilai impor migas lebih disebabkan oleh nilai impor komoditas hasil minyak yang mengalami penurunan mengingat untuk komoditas migas tidak tercatat kegiatan impornya untuk periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Untuk peningkatan impor migas, ia menduga terkait apresiasi nilai tukar rupiah, sedangkan penurunan impor nonmigas sepertinya tidak berkaitan dengan masalah perkembangan harga komoditas itu di pasar perdagangan internasional serta fluktuasi dari nilai tukar rupiah.
"Tidak seperti kondisi yang umum terjadi, impor komoditas migas dan nonmigas untuk satu bulan ke depan agak sulit diperkirakan," kata Suhaimi seraya menambahkan hal tersebut terkait dengan depresiasi nilai tukar rupiah namun cenderung stabil dibanding Juli 2014.
Kebalikan dari kondisi itu, harga kedua komoditi ini di pasar perdagangan internasional masih dimungkinkan untuk mengalami penurunan paling tidak dalam satu bulan ke depan. Berdasarkan beberapa kondisi makro tadi, perkembangan impor menjadi tidak mudah diprediksi, ujarnya.
Ia mengatakan nilai impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang mengalami penurunan 11,64 persen atau mencapai 96,02 juta dolar AS, demikian pula untuk golongan barang lainnya turun 12,65 persen atau sebesar 4,59 juta dolar AS.
Enam dari sepuluh golongan barang mengalami penurunan nilai impor, kecuali besi dan baja, ampas/sisa industri makanan, mesin-mesin/pesawat mekanik dan bijih, kerak dan abu logam . Penurunan tertinggi terjadi pada gula dan kembang gula yaitu mencapai 71,31 juta dolar AS dan terendah dari bahan bakar mineral dengan penurunan 6,52 juta dolar AS.
Adapun untuk peningkatan tertinggi dan terendah terjadi pada besi dan baja dan ampas/sisa industri makanan yang meningkat 35,32 juta dolar AS dan 0,82juta dolar AS.
Impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang periode Januari ¿ Juli 2014 mengalami penurunan 424,24 juta dolar AS (7,86 persen) dibanding periode yang sama tahun lalu, demikian pula untuk golongan barang lain juga turun 238,57 juta (47,00 persen).
Peran impor nonmigas untuk sepuluh golongan barang pada periode Januari-Juli 2014 mencapai 94,87 persen, dengan peran tertinggi berasal dari golongan bahan kimia organik yaitu sebesar 41,51 persen dan disusul besi dan baja serta gula dan kembang gula, secara berturut-turut dengan kontribusi 15,33 persen dan 9,05 persen, sedangkan andil tujuh golongan barang lain masih kurang dari delapan persen.
Suhaimi juga menyebutkan negara pemasok barang impor nonmigas terbesar pada Juli 2014 adalah Singapura dengan nilai impor 106,76 juta dolar AS, diikuti Rusia dan China sebesar 98,42 juta dolar AS dan 98,08 juta dolar AS, sementara impor nonmigas berasal dari negara-negara ASEAN mencapai 180,53 juta dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014