Tangerang (AntaraBanten) - PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) selaku pengelola Alfamart dan Alfamidi bekerja sama dengan Yayasan KEHATI mendapat dukungan dana dari pelanggan dalam merehabilitasi taman keanekaragaman hayati di kawasan Universitas Manado.

Lahan yang direhabilitasi seluasnya mencapai 10 hektar, berada di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, kata  Corporate Affairs Director SAT, Solihin di Tangerang, Sabtu.

Ia mengatakan, proses rehabilitasi yang akan dilakukan terdiri dua program yakni penanaman dan pemeliharaan 4.500 pohon khas Sulawesi yang bernilai ekologi dan ekonomis sekaligus sebagai sarana ekoedukasi.

Setiap hektar akan ditanami 400 hingga 450 pohon. Dengan rehabilitasi yang dijalankan diharapkan dapat mengembalikan fungsi strategis kawasan Hulu DAS Tondano, Ruang Terbuka Hijau dan menjadi kawasan ekoedukasi bagi masyarakat, ungkap Solihin.

Menurutnya, proses rehabilitasi akan memakan waktu yang cukup panjang, namun program ini memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.

"Namun, kami berharap langkah Perusahaan bersama dengan KEHATI akan memberikan manfaat besar bagi kita dan generasi selanjutnya," katanya.

Terlebih adanya kesempatan bagi pelanggan Alfamart Alfamidi untuk ikut berperan dalam upaya rehabilitasi ini.

"Perusahaan bersama KEHATI dan UNIMA mengupayakan proses perbaikan kawasan yang dimulai dengan penanaman pohon kembali. Tentunya membutuhkan waktu yang tidak singkat hingga kondisi hulu DAS Tondano pulih sesuai yang diharapkan," ujarnya.

Adapun biaya dalam proses rehabilitasi ini, akan disalurkan melalui donasi pelanggan di toko alfamart dan alfamidi mulai 16 - 31 Agustus 2014.

Hasil donasi pelanggan disalurkan untuk pembuatan rencana induk pengembangankawasan taman, eksplorasi pembibitan, penanaman, perawatan dan pengelolaan kawasan serta membangun kawasan ekoedukasi di DAS Tondano, Manado. "Proses rehabilitasi ini melibatkan pelanggan melalui donasinya," paparnya.

Direktur Eksekutif Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), MS Sembiring, mengatakan, banjir bandang di Manado menjadi salah satu bukti bencana ekologis yang diakibatkan hilangnya hutan dan sungai-sungai kecil di sekitar Manado.

Hal itu semakin parah karena rusaknya daerah resapan akibat pembangunan kota yang tidak mengikuti aturan lingkungan.

"Hulu DAS Danau Tondano yang selama ini menjadi danau penampungan sudah tidak mampu menampung debit air hujan yang masuk akibat sedimentasi. Salah satu penyebabnya yakni alih fungsi lahan dan penebangan ilegal. Padahal Danau Tondano memiliki peranan penting sebagai sumber air untuk pembangkit tenaga listrik PLN bagi sebagian besar masyarakat di Kabupaten Minahasa dan Kota Manado," katanya.

Kerusakan kawasan hulu DAS Tondano telah mengarah kepada dampak bencana yang semakin tereskalasi tiap tahun. 

Pada tahun 2014, banjir bandang  merendam dua pertiga kota Manado dengan ketinggian sampai 6 meter dan menyebabkan  kerugian pemerintah dan masyarakat mencapai ratusan miliar.

"Pengembangan kawasan taman keanekaragaman hayati atau kawasan hijau di kawasan Universtas Manado menjadi solusi bijak yang akan mengatasi masalah lingkungan dan sirkulasi hidrologis," kata Prof.Dr. Arrijani MSi selaku Guru besar ekologi pada FMIPA UNIMA.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014