Pelaku usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM) di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kehilangan pendapatan ekonomi akibat aksi mogok perajin tahu tempe yang mengakibatkan terjadi kelangkaan makanan yang menggunakan bahan baku kedelai itu.
"Aksi mogok perajin tahu tempe itu ternyata berdampak terhadap pedagang gorengan, " kata Maryati (55) seorang pelaku UMKM warga Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Senin.
Baca juga: Pasien aktif COVID-19 di Lebak bertambah 235 kasus, total 2.317 kasus
Baca juga: Pasien aktif COVID-19 di Lebak bertambah 235 kasus, total 2.317 kasus
Saat ini, dirinya setiap hari berjualan gorengan tahu tempe di Jalan Lingkar Selatan Rangkasbitung, namun kini menutup dan menganggur.
Sebab, produksi tahu tempe yang dijual di Pasar Rangkasbitung sejak dini hari hingga pagi sudah tidak ada.
"Kami merasa bingung tahu tempe menghilang akibat aksi mogok perajin kedelai itu, " katanya menjelaskan.
Menurut dia, dirinya akibat tidak berjualan gorengan tahu tempe tentu kehilangan pendapatan Rp150 ribu dan jika tiga hari dipastikan Rp450 ribu.
Pendapatan keuntungan sebesar itu tentu cukup membantu ekonomi keluarga.
"Kami berharap pemerintah dapat memberikan solusi, sehingga perajin tahu tempe kembali memproduksi, " katanya menjelaskan.
Begitu juga pelaku UMKM lainnya, Marjuk (50) warga Kabupaten Lebak mengaku dirinya kini terpaksa tidak berjualan gorengan tempe mendoan dan kehilangan pendapatan Rp200 ribu per hari.
Sebab, kata dia produksi tahu tempe di pasaran menghilang akibat perajin kedelai melakukan aksi mogok.
"Kami sekarang bingung untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga jika tidak berjualan gorengan tempe mendoan itu, " katanya.
Ia mengatakan dirinya biasanya berjualan tempe mendoan sekitar Jalan Hardiwinangun Rangkasbitung bersama puluhan pedagang lainnya, tetapi kini menganggur, sebab bahan bakunya tidak ada itu.
Pemerintah berharap dapat memberikan subsidi harga kedelai, sehingga perajin tahu tempe kembali produksi.
"Saya kira jika kedelai mahal tentu pedagang gorengan tempe mendoan juga berdampak, " ujarnya menambahkan.
Satari (45) seorang pelaku UMKM warga Kabupaten Lebak mengatakan dirinya kini menghentikan produksi karena harga kedelai masih tinggi hingga menembus Rp12 ribu per kg, padahal sebelumnya Rp8 ribu per kg.
Penghentian produksi mogok itu atas keputusan Puskopti Jakarta untuk menuntut pemerintah memberikan subsidi harga kedelai.
"Kami berharap harga kedelai bisa kembali normal," kata Satari.
Sementara itu, Kepala Bidang UMKM pada Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh mengatakan dampak mogok perajin tahu tempe se - Jabotabek itu cukup luar biasa, karena berimbas terhadap pelaku UMKM.
Dari 1.700 UMKM di Kabupaten Lebak, sebagian besar jenis perdagangan.
'Saya yakin dampak menghilangnya tahu tempe cukup besar kehilangan pendapatan ekonomi masyarakat hingga miliaran rupiah per hari, " katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022