Pandemi COVID-19 yang hingga saat ini masih berlangsung memaksa M Rahmat menghentikan usaha berjualan pakaian yang telah dirintisnya sejak 2006, alasannya karena sejak virus itu melanda pembelinya turun drastis.

"Sebelumnya saya jualan pakaian di Tangerang, namun sejak pandemi COVID-19 melanda pembeli turun drastis, sehingga usaha saya gulung tikar, sekarang pulang kampung," kata Rahmat ditemui di Kampung Pasirandu, Kelurahan Pagadungan, Pandeglang, Kamis.

Baca juga: Pembangunan infrastruktur jadi "primadona" pada musrenbang Karangtanjung

Kehilangan mata pecarian yang telah ditekuninya belasan tahun, tidak membuat Rahmat "patah arang". Tuntutan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga membuatnya memutar otak mencari usaha lain, dan akhirnya berjualan buah-buahan menjadi pilihannya.

Dengan modal hasil penjualan mobil van jenis Daihatsu Espass tahun 2006, sejak tiga bulan lalu Rahmat resmi menjadi pedagang kaki lima dengan menjajakan buah-buahan di pinggir Jalan Raya Nanggor, tepatnya di Kampung Pasirandu, sekitar 50 meter dari rumahnya.

"Dibantu saudara, sejak tiga bulan lalu saya berjualan buah-buahan. Hasilnya tidak menentu, tapi lumayan untuk mencukupi kebutuhan keluarga," katanya.

Dalam menjalankan usahanya, Rahmat tidak hanya melayani pembelian per kilogram, namun juga buah yang telah dikemas dengan harga terjangkau yakni berkisar Rp10-15 ribu per kemasan.

"Kita sediakan paket kemasan, agar terjangkau masyarakat," katanya menjelaskan.

Mengenai bantuan dari pemerintah, ia mengaku belum pernah memperolehnya, dan ke depan berharap ada bantuan untuk menambah modalnya usahanya tersebut.

"Harapan saya sih, pemerintah bisa membantu para pedagang kaki lima agar bisa bertahan di masa pandemi COVID ini," ujarnya.


 

Pewarta: Lukman Fauzi

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022