Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, konsisten membantu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) karena dapat meningkatkan ekonomi daerah.
"Kita mengapresiasi kini banyak produk UMKM lokal menembus pasar supermarket hingga ekspor, " kata Kepala Bagian Perekonomian Sumber Daya Sekretariat Pemerintah Kabupaten Lebak Dani Hendarman di Lebak, Jumat.
Baca juga: Dukung kawasan industri terpadu, Pemkab Lebak revisi RTRW
Pemerintah Kabupaten Lebak membantu pelaku UMKM dengan memberikan pembinaan, pelatihan untuk meningkatkan mutu dan kualitas, seperti pengemasan, sertifikasi halal, dan juga terdaftar dalam BPOM.
Selain itu, juga membantu kelembagaan, promosi pemasaran, perizinan usaha hingga memfasilitasi pinjaman permodalan.
"Kami mendorong produk UMKM dapat tumbuh dan berkembang untuk percepatan ekonomi nasional usai pandemi," katanya menjelaskan.
Menurut dia, produk UMKM Kabupaten Lebak kini banyak ditampung di minimarket, karena kualitasnya memenuhi persyaratan.
Persyaratan itu di antaranya memiliki perizinan, sertifikasi halal, barcode hingga terdaftar dari BPOM dan juga masa kedaluwarsa. Bahkan, produk gula semut dan abon menembus pasar ekspor.
"Kami terus meningkatkan mutu dan kualitas agar bisa bersaing pasar domestik maupun mancanegara," kata Dani.
Ia mengatakan saat ini, pelaku UMKM Kabupaten Lebak memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan ekonomi daerah dengan jumlah 56.216 unit usaha dan menyerap ribuan tenaga kerja.
Perputaran uang yang beredar hingga miliaran rupiah per bulan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Karena itu, pemerintah mempermudah proses perizinan dan kini sudah terintegrasi secara elektronik menggunakan aplikasi Online Single Submission (OSS).
"Pelaku UMKM kini untuk mendapatkan perizinan langsung menggunakan aplikasi OSS ke pusat," katanya.
Nani (45), seorang pelaku UMKM yang warga Cibadak, Kabupaten Lebak, mengaku kini bisa memproduksi makanan olahan pangan sebanyak 50 kilogram pare-pare, karena permintaan konsumen cukup banyak hingga ke Depok, Jawa Barat.
"Kami memproduksi keripik pare-pare setelah memiliki kualitas juga terpenuhi persyaratan untuk diterima di supermarket," kata Nani. Ia mengaku omzet pendapatan Rp30-40 juta per bulan dengan lima tenaga kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
"Kita mengapresiasi kini banyak produk UMKM lokal menembus pasar supermarket hingga ekspor, " kata Kepala Bagian Perekonomian Sumber Daya Sekretariat Pemerintah Kabupaten Lebak Dani Hendarman di Lebak, Jumat.
Baca juga: Dukung kawasan industri terpadu, Pemkab Lebak revisi RTRW
Pemerintah Kabupaten Lebak membantu pelaku UMKM dengan memberikan pembinaan, pelatihan untuk meningkatkan mutu dan kualitas, seperti pengemasan, sertifikasi halal, dan juga terdaftar dalam BPOM.
Selain itu, juga membantu kelembagaan, promosi pemasaran, perizinan usaha hingga memfasilitasi pinjaman permodalan.
"Kami mendorong produk UMKM dapat tumbuh dan berkembang untuk percepatan ekonomi nasional usai pandemi," katanya menjelaskan.
Menurut dia, produk UMKM Kabupaten Lebak kini banyak ditampung di minimarket, karena kualitasnya memenuhi persyaratan.
Persyaratan itu di antaranya memiliki perizinan, sertifikasi halal, barcode hingga terdaftar dari BPOM dan juga masa kedaluwarsa. Bahkan, produk gula semut dan abon menembus pasar ekspor.
"Kami terus meningkatkan mutu dan kualitas agar bisa bersaing pasar domestik maupun mancanegara," kata Dani.
Ia mengatakan saat ini, pelaku UMKM Kabupaten Lebak memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan ekonomi daerah dengan jumlah 56.216 unit usaha dan menyerap ribuan tenaga kerja.
Perputaran uang yang beredar hingga miliaran rupiah per bulan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Karena itu, pemerintah mempermudah proses perizinan dan kini sudah terintegrasi secara elektronik menggunakan aplikasi Online Single Submission (OSS).
"Pelaku UMKM kini untuk mendapatkan perizinan langsung menggunakan aplikasi OSS ke pusat," katanya.
Nani (45), seorang pelaku UMKM yang warga Cibadak, Kabupaten Lebak, mengaku kini bisa memproduksi makanan olahan pangan sebanyak 50 kilogram pare-pare, karena permintaan konsumen cukup banyak hingga ke Depok, Jawa Barat.
"Kami memproduksi keripik pare-pare setelah memiliki kualitas juga terpenuhi persyaratan untuk diterima di supermarket," kata Nani. Ia mengaku omzet pendapatan Rp30-40 juta per bulan dengan lima tenaga kerja.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021