Lebak, (AntaraBanten) - Cakupan sanitasi di Kabupaten Lebak, Banten, hingga kini mencapai 42 persen dari jumlah penduduk 1,2 juta jiwa, sedangkan 58 persen lainnya buang air besar di bantaran aliran sungai.

"Kami prihatin kesadaran kesehatan dan kebersihan warga Lebak relatif rendah karena kebanyakan buang air besar (BAB) dibantaran sungai maupun disembarangan tempat," kata Kepala Dinas Cipta Karya Kabupaten Lebak Wawan Hermawan di Rangkasbitung.

Ia mengatakan, pemerintah daerah setiap tahunnya mengalokasikan dana pembangunan sanitasi melalui APBN dan APBD guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Namun, pembangunan tersebut relatif kecil sehingga diperlukan keswadayaan masyarakat untuk membangun sanitasi yang baik dan sehat.

Saat ini, cakupan sanitasi di Kabupaten Lebak mencapai 42 persen, sedangkan 58 persen BAB di bantaran sungai dan tempat lainnya, seperti kebun, selokan dan rawa-rawa.

Prilaku buruk BAB itu berdampak terhadap kesehatan warga maupun kelestarian lingkungan sungai.

Apalagi, sungai tersebut digunakan masyarakat sehari-hari sehingga perlu diakhiri BAB di sungai.

Pihaknya setiap hari melihat warga BAB di sejumlah sungai antara lain adalah Sungai Ciujung, Ciberang, Cisimeut, Cicinta, Cibinuangeun, dan Ciipuh.

"Kami yakin BAB di sungai maupun tempat lainnya bisa menimbulkan kandungan bakteri E-coli, dan bisa menyerang penyakit diare," ujarnya.

Ia menjelaskan, tingginya masyarakat Lebak BAB di sungai dengan alasan praktis dan tidak mengeluarkan biaya.

Selain itu sudah menjadikan budaya warga BAB di sungai tersebut.

Penyebab lainnya, kata dia, rendahnya masyarakat terhadap prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Pemerintah daerah setiap tahunnya mengalokasikan dana pembangunan MCK melalui APBN dan APBD.

"Kami berharap ke depan warga Lebak tidak membiasakan prilaku buruk BAB di sungai maupun tempat lainnya," katanya.

Aeng, seorang warga Kebon Kelapa, Kecamatan Rangkasbitung, mengaku bahwa dirinya sejak kecil hingga 45 tahun kini tetap BAB di sungai yang jaraknya tidak begitu berjauhan dengan tempat kediamannya.

Sebab di sini masyarakat banyak BAB di Sungai Ciujung karena lebih praktis dibandingkan di toilet.

"Kami lebih nyaman BAB di sungai karena tidak mengeluarkan biaya pembangunan WC," katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Sobang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak Yosep  mengatakan, warga diwilayahnya kini sudah menggunakan toilet dengan cara masuk anggota arisan jamban agar mereka BAB tidak di sungai.

Saat ini, banyak kelompok-kelompok arisan jamban yang baru terbentuk hingga tujuh desa dari sebelumnya dua desa. Mereka terdiri atas ibu rumah tangga, majelis taklim, dan pengojek sepeda motor.

Pihaknya menargetkan pada tahun 2014 semua warga Kecamatan Sobang yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) memiliki jamban secara memadai dan sehat dengan menerapkan kegiatan jamban arisan tersebut.

Saat ini, kata dia, warga yang tinggal di sembilan desa itu menggunakan jamban kloset di rumah masing-masing.

"Dengan memiliki jamban itu tentu berdampak terhadap derajat kesehatan masyarakat," ujarnya menjelaskan.

Pewarta:

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2014