Eka Hospital menghadirkan bengkel jantung dengan empat dokter spesialis untuk sembuhkan aritmia yakni kelainan irama atau laju jantung yang tidak beraturan dengan sejumlah gejala seperti berdebar, sesak nafas, nyeri dada, pusing dan pingsan.

drg. Rina Setiawati selaku Chief Operating Officer (COO) Eka Hospital menerangkan secara umum, aritmia dapat disembuhkan jika ditangani dengan baik. Namun, tidak banyak dokter spesialis jantung yang juga merupakan konsultan aritmia. Bahkan jumlahnya hanya berkisar 30-40 dokter di seluruh Indonesia.

Di Eka Hospital, ada empat dokter spesialis jantung yang juga merupakan konsultan aritmia. Selain itu, Eka Hospital juga memiliki fasilitas pemasangan alat pacu jantung untuk pasien dengan keluhan denyut jantung yang lemah, serta fasilitas programming untuk pasien-pasien pasca pemasangan alat jantung..

Tidak hanya pemasangan, Eka Hospital juga melayani perawatan pasca pemasangan alat pacu jantung seperti cek baterai, reposisi alat pacu dan kabel pemasangan dengan pilihan dari penyedia alat pacu jantung seperti Medtronic, Biotronic, dan St Jude.

Selain itu, Eka Hospital juga menghadirkan pusat penanganan aritmia yang cepat dengan fasilitas pemeriksaan listrik jantung dan tindakan kateter ablasi. Eka Hospital melakukan lebih dari 100 tindakan ablasi jantung setiap tahunnya serta akan memiliki teknologi Cryo Ablation AF di tahun 2022.

Melalui teknologi ini, durasi tindakan ablasi dapat dipersingkat menjadi 1-2 jam saja sementara tindakan dengan radiofrekuensi memakan waktu lebih lama yakni 4-5 jam. "Biaya pemasangan alat pacu jantung di Eka Hospital dimulai dari Rp120 juta, sedangkan tindakan ablasi jantung berkisar dari Rp108 juta hingga Rp180 jutaan," katanya.

Adapun DR. Dr. M. Yamin, Sp.JP(K), FACC, FSCAI yang merupakan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah menambahkan bahwa aritmia dapat diartikan dalam dua kondisi yaitu takikardia berupa denyut jantung terlalu cepat, lebih dari 100 kali per menit pada usia dewasa dalam kondisi istirahat. Kondisi kedua adalah bradikardia yakni denyut jantung terlalu lambat di bawah 60 kali per menit pada usia dewasa.

Takikardia umumnya didiagnosa dengan pemeriksaan Elektrokardiogram. Untuk pemeriksaan dalam waktu yang lebih panjang, bisa menggunakan holter atau implantable loop recorder guna mendeteksi gangguan irama jantung.

Di sisi lain, denyut jantung akan semakin pelan (bradikardia) seiring pertambahan usia karena penurunan kualitas dari generator dan saluran listrik di jantung. Hal inilah yang dapat membuat denyut jantung melambat di bawah 60 kali per menit.

“Pelambatan ini membuat jantung tidak sanggup memompa darah ke berbagai organ vital dalam tubuh dan berakibat pada kesehatan misalnya sering pusing, kelelahan, hingga pingsan. Keluhan berat dapat berupa nyeri dada, sesak nafas, hingga stroke," katanya yang berpraktik di Eka Hospital BSD Tangerang.

Untuk mengatasinya, pasien membutuhkan alat pacu jantung permanen (permanent pacemaker) yang terdiri dari generator (ditanam di bawah kulit dinding dada) dan lead atau kabel (penghantar listrik dari generator ke jantung) yang membantu jantung pasien kembali berdenyut dengan normal.

Proses pemasangan alat pacu jantung ini dikerjakan di ruangan kateterisasi jantung dengan bantuan alat fluoroskopi untuk memastikan lokasi penempatan. "Tindakan ini merupakan metode minim sayatan dan dikerjakan dengan bius lokal di daerah dinding dada sebelah kanan atau kiri," ujarnya.
 

 

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021