Jakarta, (ANTARA) - Universitas Mercu Buana, Jakarta, membuka sekolah perfilman mulai tahun dengan tenaga pengajar berasal dari luar negeri.
"UMB bersama W Film telah sepakat untuk membuka sekolah tentang perfilman yang dimulai tahun depan," kata Rektor Universitas Mercu Buana, Arissetyanto Nugroho, saat melakukan penandatanganan nota kesepemahaman (MoU) dengan W Film di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, dalam sekolah perfilman pun nantinya mahasiswa akan mendapatkan dua gelar yakni sebagai lulusan dari UMB dan luar negeri.
Karena itu, nantinya, UMB akan membuka secara khusus perekrutan mahasiswa untuk masuk dalam sekolah perfilman.
"Kerja sama yang kita jalin berlangsung selama dua tahun, maka diharapkan agar dapat menciptakan sineas film muda yang kreatif," katanya.
Samuel TM Siregar selaku Direktor W Film mengatakan, dalam sekolah perfilman nantinya, praktek di lapangan akan lebih banyak dibandingkan dengan teori.
Para mahasiswa juga akan mendapatkan pembelajaran secara langsung dari sejumlah produser handal seperti halnya Shankar Ramchand, Reza Surianegara hingga Rachel Gray yang merupakan produser film Robocop dan Sex and The City.
Hal tersebut agar para mahasiswa nantinya ketika lulus strata satu, sudah bisa memiliki kemampuan dalam pembuatan film hingga proses distribusi dan promosi.
Bahkan, mahasiswa pun nantinya akan menempuh pendidikan selama dua tahun di luar negeri guna mendapatkan pembelajaran langsung di W Film Los Angeles, Amerika Serikat.
"Jadi, film yang dihasilkan mahasiswa bisa menembus ke level internasional seperti halnya film The Raid," katanya.
Samuel juga menambahkan bila kerjasama membuka sekolah perfilman dengan UMB merupakan yang pertama dilakukan di Indonesia. Meski pihaknya sudah mengajukan beberapa penawaran ke sejumlah universitas.
"Dengan universitas lainnya, biasanya hanya membuka kursus. Tetapi untuk dengan adanya MoU merupakan yang pertama," katanya.
Reza Surianegara selaku Production House (PH) Bulan Sabit Production (BSP) menambahkan bila kelemahan pada perfilman di Indonesia yakni pada sisi distribusi.
Akibatnya, banyak film Indonesia yang tidak terekspose meski nilai seninya sangat tinggi. Karena itu, selain hanya menciptakan sineas film muda tetapi juga harus adanya jalinan kerja sama dengan pihak luar negeri.
"Jangan sampai nilai produksi yang sudah ditampilkan begitu besar tetapi film yang dihasilkan tidak memuaskan. Bahkan penonton di dalam negeri sangat begitu sedikit," kata Reza yang juga produser pelaksana film "Garuda di Dadaku".
Shankar Ramchand mengatakan, Film Maker yang paling produktif di Indonesia dan dikenal sebagai "King Of Indonesian Horror" berharap agar dengan adanya sekolah perfilman di UMB akan menggali skill dari para mahasiswa.
Sehingga, banyak perfilman dari Indonesia yang tercipta dan mampu bersaing dari luar negeri. Selain itu, dapat juga membuat film yang memiliki art dan unsur bisnis.
"Jadi, film itu kedepannya agar ada unsur showart dan showbiz. Sehingga, mahasiswa akan lebih bersemangat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012
"UMB bersama W Film telah sepakat untuk membuka sekolah tentang perfilman yang dimulai tahun depan," kata Rektor Universitas Mercu Buana, Arissetyanto Nugroho, saat melakukan penandatanganan nota kesepemahaman (MoU) dengan W Film di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, dalam sekolah perfilman pun nantinya mahasiswa akan mendapatkan dua gelar yakni sebagai lulusan dari UMB dan luar negeri.
Karena itu, nantinya, UMB akan membuka secara khusus perekrutan mahasiswa untuk masuk dalam sekolah perfilman.
"Kerja sama yang kita jalin berlangsung selama dua tahun, maka diharapkan agar dapat menciptakan sineas film muda yang kreatif," katanya.
Samuel TM Siregar selaku Direktor W Film mengatakan, dalam sekolah perfilman nantinya, praktek di lapangan akan lebih banyak dibandingkan dengan teori.
Para mahasiswa juga akan mendapatkan pembelajaran secara langsung dari sejumlah produser handal seperti halnya Shankar Ramchand, Reza Surianegara hingga Rachel Gray yang merupakan produser film Robocop dan Sex and The City.
Hal tersebut agar para mahasiswa nantinya ketika lulus strata satu, sudah bisa memiliki kemampuan dalam pembuatan film hingga proses distribusi dan promosi.
Bahkan, mahasiswa pun nantinya akan menempuh pendidikan selama dua tahun di luar negeri guna mendapatkan pembelajaran langsung di W Film Los Angeles, Amerika Serikat.
"Jadi, film yang dihasilkan mahasiswa bisa menembus ke level internasional seperti halnya film The Raid," katanya.
Samuel juga menambahkan bila kerjasama membuka sekolah perfilman dengan UMB merupakan yang pertama dilakukan di Indonesia. Meski pihaknya sudah mengajukan beberapa penawaran ke sejumlah universitas.
"Dengan universitas lainnya, biasanya hanya membuka kursus. Tetapi untuk dengan adanya MoU merupakan yang pertama," katanya.
Reza Surianegara selaku Production House (PH) Bulan Sabit Production (BSP) menambahkan bila kelemahan pada perfilman di Indonesia yakni pada sisi distribusi.
Akibatnya, banyak film Indonesia yang tidak terekspose meski nilai seninya sangat tinggi. Karena itu, selain hanya menciptakan sineas film muda tetapi juga harus adanya jalinan kerja sama dengan pihak luar negeri.
"Jangan sampai nilai produksi yang sudah ditampilkan begitu besar tetapi film yang dihasilkan tidak memuaskan. Bahkan penonton di dalam negeri sangat begitu sedikit," kata Reza yang juga produser pelaksana film "Garuda di Dadaku".
Shankar Ramchand mengatakan, Film Maker yang paling produktif di Indonesia dan dikenal sebagai "King Of Indonesian Horror" berharap agar dengan adanya sekolah perfilman di UMB akan menggali skill dari para mahasiswa.
Sehingga, banyak perfilman dari Indonesia yang tercipta dan mampu bersaing dari luar negeri. Selain itu, dapat juga membuat film yang memiliki art dan unsur bisnis.
"Jadi, film itu kedepannya agar ada unsur showart dan showbiz. Sehingga, mahasiswa akan lebih bersemangat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2012