Menjelang hari Raya Idul Adha 2021, Pemprov Banten melalui Dinas Pertanian mengantisipasi dua jenis penyakit menular pada hewan kurban yaitu antraks dan brusellosis pada sejumlah lokasi penjualan sapi dan kambing
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Ari Mardiana saat melakukan pemeriksaan hewan kurban, di Serang, Jum'at mengatakan, untuk mengantisipasi kedua penyakit itu pihaknya melakukan pemeriksaan hewan secara intensif.
Baca juga: Kejati Banten gelar vaksinasi COVID-19 massal untuk masyarakat
"Sejauh ini, tidak ada hewan yang terjangkit dua penyakit menular itu, hanya diare dan flu biasa yang tadi ditemukan," kata Ari.
Terhadap hewan yang terkena diare, orf, kudis dan flu itu, kepada pedagang disarankan agar terlebih dahulu memisahkan dari kerumunan hewan lainnya sampai sembuh. "Karena kalau tidak dipisah, dikhawatirkan akan menularkan ke yang lain," kata dia.
Ari menilai, hewan yang berasal dari luar daerah ketika terjangkit penyakit seperti itu biasa terjadi. Hal itu karena beberapa faktor eksternal seperti kelelahan, cuaca yang baru atau bisa juga dari jenis makanannya yang berbeda dari sebelumnya.
"Tapi setelah sehat, hewan itu bisa diperjualbelikan lagi, sudah aman untuk dikonsumsi," katanya.
Berdasarkan pengamatannya, sejumlah hewan kurban yang dijual di Kota Serang aman dari penyakit antraks dan brusellosis, karena sebelum hewan itu masuk ke Banten, semuanya harus terlebih dahulu melalui tes kesehatan di laboratorium.
Ia mencontohkan, pada Kamis (8/7) terdapat 26 kerbau dari luar yang mau masuk ke Banten yang dilakukan pengecekan kesehatan, namun setelah hasilnya negatif baru diperbolehkan masuk.
"Dikhawatirkan ada hewan kurban yang masuk dari wilayah Bogor yang menjadi endemik penyakit menular antraks. Alhamdulillah tidak ada, karena kebanyakan dari Garut, Cianjur dan Purwakarta," katanya.
Sementara Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (RKPPP) Kota Serang Imam Rana mengatakan, kegiatan pemeriksaan hewan kurban ini rutin dilakukan setiap tahunnya menjelang Idul Adha, untuk memastikan seluruh hewan kurban yang dijual dalam kondisi sehat.
"Mudah-mudahan di sini tidak ada hewan yang sakit dan mengkhawatirkan jika nanti dikonsumsi," ungkapnya.
Menurut Imam, dari sekian penjual hewan kurban ada yang sakit diare satu, itu sudah dipisahkan untuk diobati, setelah pulih nanti bisa kembali dijual.
"Sesuai dengan instruksi dari Walikota Serang, juga SE dari Kementerian Pertanian, utamanya menekankan kepada mitigasi pencegahan terhadap hewan-hewan serta manusianya agar mereka menggunakan Prokes, misalnya disiapkan termogun, handsanytiser, memakai masker," kata dia.
Lalu, lanjutnya, ketika proses penyembelihan, panitia kurban dianjurkan tidak melakukan kerumunan, cuma beberapa orang saja.
"Kemudian dagingnya dibagikan oleh panitia ke rumah-rumah agar tidak terjadi kerumunan yang dapat mengakibatkan penyebaran virus COVID-19," kata Imam.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan (Keswan) dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten Ari Mardiana saat melakukan pemeriksaan hewan kurban, di Serang, Jum'at mengatakan, untuk mengantisipasi kedua penyakit itu pihaknya melakukan pemeriksaan hewan secara intensif.
Baca juga: Kejati Banten gelar vaksinasi COVID-19 massal untuk masyarakat
"Sejauh ini, tidak ada hewan yang terjangkit dua penyakit menular itu, hanya diare dan flu biasa yang tadi ditemukan," kata Ari.
Terhadap hewan yang terkena diare, orf, kudis dan flu itu, kepada pedagang disarankan agar terlebih dahulu memisahkan dari kerumunan hewan lainnya sampai sembuh. "Karena kalau tidak dipisah, dikhawatirkan akan menularkan ke yang lain," kata dia.
Ari menilai, hewan yang berasal dari luar daerah ketika terjangkit penyakit seperti itu biasa terjadi. Hal itu karena beberapa faktor eksternal seperti kelelahan, cuaca yang baru atau bisa juga dari jenis makanannya yang berbeda dari sebelumnya.
"Tapi setelah sehat, hewan itu bisa diperjualbelikan lagi, sudah aman untuk dikonsumsi," katanya.
Berdasarkan pengamatannya, sejumlah hewan kurban yang dijual di Kota Serang aman dari penyakit antraks dan brusellosis, karena sebelum hewan itu masuk ke Banten, semuanya harus terlebih dahulu melalui tes kesehatan di laboratorium.
Ia mencontohkan, pada Kamis (8/7) terdapat 26 kerbau dari luar yang mau masuk ke Banten yang dilakukan pengecekan kesehatan, namun setelah hasilnya negatif baru diperbolehkan masuk.
"Dikhawatirkan ada hewan kurban yang masuk dari wilayah Bogor yang menjadi endemik penyakit menular antraks. Alhamdulillah tidak ada, karena kebanyakan dari Garut, Cianjur dan Purwakarta," katanya.
Sementara Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (RKPPP) Kota Serang Imam Rana mengatakan, kegiatan pemeriksaan hewan kurban ini rutin dilakukan setiap tahunnya menjelang Idul Adha, untuk memastikan seluruh hewan kurban yang dijual dalam kondisi sehat.
"Mudah-mudahan di sini tidak ada hewan yang sakit dan mengkhawatirkan jika nanti dikonsumsi," ungkapnya.
Menurut Imam, dari sekian penjual hewan kurban ada yang sakit diare satu, itu sudah dipisahkan untuk diobati, setelah pulih nanti bisa kembali dijual.
"Sesuai dengan instruksi dari Walikota Serang, juga SE dari Kementerian Pertanian, utamanya menekankan kepada mitigasi pencegahan terhadap hewan-hewan serta manusianya agar mereka menggunakan Prokes, misalnya disiapkan termogun, handsanytiser, memakai masker," kata dia.
Lalu, lanjutnya, ketika proses penyembelihan, panitia kurban dianjurkan tidak melakukan kerumunan, cuma beberapa orang saja.
"Kemudian dagingnya dibagikan oleh panitia ke rumah-rumah agar tidak terjadi kerumunan yang dapat mengakibatkan penyebaran virus COVID-19," kata Imam.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021